ANALISIS VARIABEL ANTESEDEN
PERILAKU AUDITOR
INTERNAL DAN
KONSEKUENSINYA TERHADAP KINERJA:
Studi
Empiris pada Auditor di Lingkungan Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah –
Lembaga Pemerintah Non Departemen
Arywarti Marganingsih (Alumni Pascasarjana Ilmu Akuntansi Universitas
Indonesia)
Dwi Martani (Universitas Indonesia)
ABSTRACT
The purpose of this
study is to empirically investigate whether organizational culture, leadership
style, and monetary incentive as antecedents of organizational commitments,
while time budget pressure, task complexity, and discussion of audit review as
antecedents of motivation. This study is also to investigate the consequence of
organizational commitment and motivation. The study uses 276 internal auditors
of Non Departement Government Institutions as our respondents. The study uses
Structural Equation Modelling that is run by LISREL.
This study gives
evidence that organizational culture has positive effect on organizational
commitment while discussion of audit review and organizational commitment have
positive effect on motivation. This study finds that organizational commitment and motivation have positive
consequence on auditor’s performance. The study also find that time
budget pressure and discussion of audit review have positive consequence on
auditor’s performance, while organizational culture is found to have negative
consequence on auditor’s performance.
Keywords:
Motivation, Performance, Organizational Commitment, Organizational Culture, Leadership Style,
Monetary Incentive, Time Budget Pressure, Task Complexity, Discussion of Audit
Review.
I.
PENDAHULUAN
Dalam rangka mewujudkan good
governance suatu organisasi, audit internal merupakan suatu profesi yang
cukup menantang daripada profesi lain pada umumnya yang disebabkan oleh sifat
pekerjaannya yang sensitif sebagai suatu bagian penting dari komponen
monitoring struktur pengendalian internal dari suatu organisasi. Dalam
lingkungan pemerintah fungsi monitoring struktur pengendalian internal
dilakukan oleh
2
satuan kerja audit internal
yang dinamakan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) menunjukkan bahwa salah satu peran APIP yang efektif adalah memelihara dan meningkatkan
kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah.
Dalam menjalankan fungsi audit
internal tersebut, maka APIP perlu didukung oleh kinerja auditornya. Auditor
internal memiliki peran penting dalam menjalankan fungsi pengawasan, sebagai
penilai kecukupan struktur pengendalian intern, penilai efektivitas struktur
pengendalian intern, dan penilai kualitas kerja. Oleh karena itu seorang
auditor internal harus mampu menerapkan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman
(Libby, 1995; Meyer, 2003) disamping independensi yang dibutuhkan dalam
menghasilkan audit yang berkualitas. Fungsi audit internal akan efektif dan
optimum apabila kinerja auditor ditentukan oleh perilaku auditor tersebut.
Perilaku auditor tersebut dapat terlihat dari komitmennya pada organisasi dan
motivasinya untuk meningkatkan kinerjanya.
Penelitian ini bertujuan
menganalisa variabel-variabel anteseden dari perilaku auditor dan mengetahui
konsekuensinya terhadap kinerja auditor tersebut. Variabel-variabel anteseden
yang digunakan antara lain budaya organisasi (Boon dan Arumugam, 2006; Werner,
2007; Manetje dan Martins, 2009), gaya kepemimpinan (Kreitner dan Kinichi,
2005), komitmen organisasi (Ketchand dan Strawser, 2001; Fernando et al.,
2005), tekanan anggaran waktu (Waggoner dan
Cashell, 1991; Ahituv dan Igbaria, 1998; Coram, 2003; dan Margheim et
al., 2005; McNamara dan Liyanarachchi, 2007), kompleksitas tugas (Libby dan
Lipe, 1992; Kennedy, 1993; Tan et al., 2002), diskusi dalam reviu audit
(Miller et al., 2006), imbalan keuangan (Allen dan Helms, 2001;
Sprinkle, 2000; Bonner dan Sprinkle, 2002; Condly et al., 2003; Chang,
2006).
3
Penelitian di
Indonesia yang menggunakan variabel-variabel di atas pada umumnya menggunakan
sampel penelitian di Kantor Akuntan Publik (KAP) dan industri khususnya
manufaktur (Dwi Maryani dan Supomo, 2001; Darlis, 2002; Ratnawati, 2002;
Cahyono dan Ghozali, 2002; Trisnaningsih, 2003 dan 2007; Lekatompessy, 2005;
Prasita dan Adi, 2007), sehingga perlu dilakukan penelitian serupa dilingkungan
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, khususnya Lembaga Pemerintah Non
Departemen.
II.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap
Komitmen Organisasi
Budaya organisasi merupakan
norma-norma, keyakinan, prinsip-prinsip, dan cara perilaku yang dikombinasikan
untuk memberikan setiap organisasi karakter yang berbeda (Arnold, 2005).
Sedangkan komitmen menunjukkan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai
dan sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi (Mowday et al., 1979).
Manetje dan Martins (2009)
mengindikasikan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh terhadap komitmen
organisasi. Beberapa penelitian sebelumnya memberikan bukti bahwa komitmen
organisasi dipengaruhi oleh budaya organisasi (Odom et al., 1990; Perry
dan Porter, 1982). Sedangkan Boon dan Arumugam (2006) menunjukkan bahwa 4
dimensi budaya organisasi seperti kerja tim, komunikasi, penghargaan dan
pengakuan, dan pelatihan dan pengembangan memiliki hubungan positif dengan komitmen
pegawai. Berdasarkan pembahasan tersebut, maka hipotesis penelitian adalah:
H1: Budaya organisasi mempunyai pengaruh
positif terhadap komitmen organisasi
2.2. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap
Komitmen Organisasi.
Dalam teori
kepemimpinan perilaku mengatakan bahwa gaya kepemimpinan seorang manajer akan
berpengaruh langsung terhadap efektivitas kelompok kerja (Kreitner dan Kinichi,
2005). Sedangkan, komitmen organisasi merupakan suatu kondisi dimana
anggota organisasi merasa
terikat oleh tindakan
dan keyakinan mereka
yang
4
mempertahankan kegiatan mereka dan keterlibatan mereka dalam organisasi
(Miller dan Lee, 2001).
Lok dan Crawford
(2004) menguji pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap
kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang dilakukan pada para manajer
Australia dan Hongkong. Hasil penelitiannya memberikan bukti bahwa gaya
kepemimpinan berpengaruh positif pada kepuasan kerja dan komitmen untuk sampel
kombinasi, dan gaya kepemimpinan juga berpengaruh kuat pada komitmen pada
sampel manajer Australia dan berpengaruh
positif pada komitmen manajer Hongkong. Berdasarkan pembahasan tersebut,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2: Gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh
positif terhadap komitmen organisasi
2.3. Pengaruh Imbalan Moneter Terhadap Komitmen
Organisasi
Imbalan moneter merupakan
salah satu faktor yang mungkin dapat menentukan komitmen seseorang terhadap
organisasinya. Imbalan moneter merupakan salah satu sistem penghargaan yang
diberikan organisasi kepada anggotanya. Sedangkan komitmen organisasi merupakan
tingkat sampai dimana seorang pegawai menyakini dan menerima tujuan organisasi,
serta berkeinginan untuk tinggal bersama organisasi tersebut (Mathis dan
Jackson, 2004).
Riedel et al., (1988)
dalam Breaux (2004) menguji pengaruh imbalan moneter terhadap komitmen dalam
rangka mencapai tujuan organisasi dan kinerja kerja. Hasil penelitian mereka mengindikasikan bahwa seseorang
yang menerima imbalan moneter akan memiliki komitmen lebih besar
daripada individu yang tidak menerima imbalan moneter. Berdasarkan pembahasan
tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3.: Imbalan moneter mempunyai
pengaruh positif terhadap komitmen auditor terhadap organisasinya
5
2.4. Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Terhadap
Motivasi Auditor
Auditor seringkali dihadapkan
pada keterbatasan anggaran dan waktu audit. Tekanan
anggaran waktu audit terjadi pada saat satuan kerja audit mengalokasikan
sejumlah waktu audit yang sedikit yang digunakan oleh auditor untuk
menyelesaikan prosedur audit tertentu (Margheim et al., 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh
Prasita dan Adi (2007) mengindikasikan apabila auditor merasa tertekan akibat terbatasnya waktu yang dialokasikan,
maka dapat mendorong auditor melakukan pelanggaran terhadap standar
audit dan perilaku-perilaku yang tidak etis yang membuat auditor dapat
menghasilkan kinerja buruk yang berakibat pada rendahnya kualitas audit yang
dihasilkan. Berdasarkan pembahasan tersebut, penelitian ini menduga bahwa
adanya tekanan anggaran waktu dapat menurunkan motivasi auditor untuk
meningkatkan kinerjanya.
H4: Tekanan anggaran
waktu mempunyai pengaruh negatif terhadap motivasi auditor
2.5. Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap
Motivasi Auditor
Kompleksitas tugas merupakan proses dari suatu tugas yang membutuhkan
sejumlah struktur dan kejelasan tugas yang diberikan, sehingga kompleksitas tugas
akan meningkat disebabkan meningkatnya sejumlah proses dan berkurangnya tingkat
struktur (Campbell, 1988; Wood, 1986; Bonner dan Sprinkle, 2002). Sedangkan
motivasi merupakan suatu keinginan yang timbul dalam diri seseorang yang
menyebabkan orang tersebut bertindak (Mathis dan Jackson, 2004).
Menurut Bonner dan Sprinkle
(2002), kompleksitas tugas dapat menurunkan usaha atau motivasi seseorang, dan
meningkatkan atau menurunkan usaha yang diarahkan untuk
6
pengembangan strategi, dan juga dapat mengakibatkan menurunnya kinerja
jangka pendek atau jangka panjang. Berdasarkan pembahasan tersebut, hipotesis
penelitian ini adalah: H5:
Kompleksitas tugas mempunyai pengaruh negatif terhadap motivasi auditor
2.6. Pengaruh Diskusi dalam Reviu Audit
Terhadap Motivasi Auditor
Diskusi dalam reviu atas
kertas kerja auditor perlu dilakukan karena diskusi dapat menyampaikan
informasi mengenai alasan mengapa tugas dan prosedur audit menjadi penting.
Diskusi dalam reviu kertas kerja audit memberikan lebih banyak penjelasan
mengenai tugas audit, yang sebaliknya dapat menurunkan ketidakpastian tugas dan
meningkatkan pemahaman akan kinerja penugasan (Earley, 1988; Sullivan, 1988).
Miller et al.,
2006 memberikan bukti bahwa reviu atas kertas kerja audit yang dilakukan
bersamaan dengan diskusi dan dituangkan dalam catatan reviu audit dapat
menambah motivasi auditor untuk meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan pembahasan
tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah:
H6: Diskusi dalam
reviu kertas kerja audit mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi auditor.
2.7. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Auditor
Mathis dan Jackson (2004)
mendefinisikan komitmen organisasi sebagai tingkat sampai dimana pegawai yakin
dan menerima tujuan organisasi, serta berkeinginan untuk tinggal bersama
organisasi tersebut.
Hasil studi Ketchand dan
Strawser (2001) yang menguji berbagai dimensi dari komitmen organisasi
menunjukkan adanya hubungan antara komitmen organisasi dengan kinerja. Studi
Siders et al. (2001), dan Fernando et al. (2005) memberikan
kesimpulan yang sama bahwa komitmen organisasi mempunyai pengaruh positif
terhadap kinerja. Penelitian tersebut
mendukung penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa komitmen organisasi mempunyai hubungan
positif dan signifikan
dengan kinerja individu
(Mayer dan
7
Schoorman, 1992 dalam Breaux, 2004). Berdasarkan pembahasan tersebut,
maka hipotesis yang terbentuk dalam penelitian adalah:
H7: Komitmen
organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja auditor
2.8. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Auditor
Motivasi merupakan
suatu konsep yang digunakan dalam menguraikan kekuatan-kekuatan yang bekerja
terhadap atau di dalam diri individu untuk memulai dan mengarahkan perilaku
(Gibson et al., 1993).
Mathis
dan Jackson (2004) menyatakan bahwa salah satu dari tiga faktor utama yang mempengaruhi
kinerja individu adalah tingkat usaha yang dicurahkan (motivasi). Larkin (1990)
yang dikutip dari Trisnaningsih (2007) menyatakan hal serupa bahwa motivasi
merupakan salah satu dari empat dimensi personalitas yang digunakan untuk
mengukur kinerja auditor. Oleh karena itu, dapat diduga bahwa motivasi dapat
meningkatkan kinerja auditor, sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H8: Motivasi
mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja auditor
2.9. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Auditor
Budaya organisasi merupakan
sekumpulan nilai-nilai, keyakinan, dan pola perilaku yang membentuk identitas
organisasi dan membantu membentuk perilaku pegawai (Rashid et al., 2003;
Lund, 2003; Pool, 2000). Namun, budaya organisasi tidak hanya sebatas
pemikiran, nilai-nilai, dan tindakan, namun lebih pada menyatukan pola yang
dapat dibagi, dipelajari, disatukan pada tingkat kelompok, dan
diinternalisasikan hanya oleh anggota organisasi (Lawson dan Shen, 1998 dalam
Boon dan Arumugam, 2006). Oleh karena itu, beberapa penelitian menyatakan bahwa
budaya organisasi mampu mempengaruhi pemikiran, perasaan, interaksi, dan
kinerja dalam organisasi (Saeed dan Hassan, 2000). Berdasarkan pembahasan
tersebut, hipotesis yang terbentuk dalam penelitian adalah:
H9: Budaya organisasi
mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja auditor
8
2.10. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Auditor
Gaya kepemimpinan
merupakan norma perilaku yang digunakan seorang pimpinan pada saat pimpinan
mempengaruhi perilaku bawahannya. Seseorang yang menjalankan fungsi manajemen
berkewajiban mempengaruhi karyawan yang dibawahinya agar mereka tetap
melaksanakan tugas dengan baik, memiliki dedikasi terhadap organisasi dan tetap
merasa berkewajiban untuk mencapai tujuan organisasi (Sedarmayanti, 2007).
Dalam profesi auditor
internal, permasalahan yang muncul dari luar pribadi auditor yang seringkali
mengganggu independensinya adalah berasal dari pimpinan auditor. Seorang
auditor seringkali tidak dapat berkutik menghadapi hal ini, walaupun auditor
dapat melakukan tugasnya dengan independen. Namun, menurut Goleman (2004) gaya
kepemimpinan seorang manajer dapat mempengaruhi produktivitas karyawan. Alberto
et al (2005) dalam Trisnaningsih (2007) membuktikan bahwa gaya kepemimpinan
berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Berdasarkan pembahasan tersebut,
hipotesis penelitian adalah: H10:
Gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja auditor
2.11. Pengaruh Imbalan Moneter Terhadap Kinerja
Auditor
Imbalan moneter
seringkali dinyatakan sebagai suatu metode untuk memotivasi dan meningkatkan
kinerja seseorang. Allen dan Helms (2001) menyatakan bahwa imbalan mempengaruhi
motivasi dan motivasi mempengaruhi kinerja individu yang kemudian mempengaruhi
kinerja organisasi.
Menurut Jeffrey (2003),
seseorang akan memilih imbalan moneter apabila kebutuhan pokoknya belum
terpenuhi. Penelitian yang dilakukan Condly et al., (2003) menguji
pengaruh imbalan terhadap kinerja dan menemukan bahwa imbalan moneter menambah
peningkatan kinerja daripada imbalan non moneter. Oleh karena itu, imbalan
9
moneter akan memotivasi
seseorang untuk meningkatkan
kinerjanya dalam rangka memenuhi kebutuhannya, maka hipotesis
yang terbentuk adalah:
H11: Imbalan moneter
mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja auditor
2.12. Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Terhadap
Kinerja Auditor
De Zoort dan Lord
(1997) mendefinisikan tekanan anggaran waktu sebagai kendala waktu yang dan
atau mungkin timbul dari keterbatasan sumberdaya yang dialokasikan untuk
melaksanakan tugas. Menurut Ahituv dan Igbaria (1998), adanya tekanan anggaran
waktu dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Auditor seringkali bekerja dalam
keterbatasan waktu, sehingga dapat mempengaruhi kinerjanya untuk memperoleh
hasil audit yang berkualitas.
Liyanarachchi dan McNamara
(2007) memberikan pendapat serupa bahwa tekanan anggaran waktu dapat
mengakibatkan perilaku menyimpang auditor, yang dapat memberikan implikasi yang
serius bagi kualitas audit, etika, dan kesejahteraan auditor. Dalam hal ini,
auditor mengurangi pekerjaan hanya pada prosedur audit tertentu, bergantung pada bukti kualitas yang lebih rendah,
melakukan premature sign-off, bahkan menghilangkan sebagian
prosedur audit yang seharusnya (Alderman dan Deitrick, 1982; Arnold et al.,
1997, 2000). Berdasarkan pembahasan tersebut, maka hipotesis yang terbentuk
adalah: H12: Tekanan anggaran
waktu mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja auditor.
2.13. Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Kinerja
Auditor
Kompleksitas
penugasan audit merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
audit. Menurut Libby dan Lipe (1992) dan Kennedy (1993) menyatakan bahwa
kompleksitas penugasan audit dapat digunakan sebagai alat untuk
10
meningkatkan kualitas kerja. Hal tersebut dapat mempengaruhi usaha
auditor untuk mencapai hasil audit yang berkualitas dengan meningkatkan
kualitas kerjanya.
Namun
demikian, beberapa penelitian lain menemukan bahwa kinerja secara umum akan menurun karena
meningkatnya kompleksitas tugas (Simnett dan Trotman, 1989; Simnett, 1996 dalam
Tan et al., 2002 ). Restuningtias dan Indriantoro (2000) dan Prasita dan Adi (2007) memberikan kesimpulan yang sama
bahwa peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem dapat
menurunkan tingkat keberhasihan tugas itu. Berdasarkan pembahasan tersebut,
maka hipotesis yang terbentuk adalah: H13:
Kompleksitas penugasan audit mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja
auditor
2.14. Pengaruh
Diskusi dalam Reviu Audit Terhadap Kinerja Auditor
Tujuan lain melakukan diskusi
dalam reviu audit adalah untuk memberikan umpan balik (feedback) dan
pelatihan kerja (Libby dan Luft, 1993), namun masih sedikit pemahaman akan
efektivitas dari diskusi atas temuan dan kinerja audit sebagai bagian dari
prosedur reviu (Rich et al., 1997). Sebagai suatu prosedur pengendalian
kualitas audit, dokumentasi yang dipersiapkan oleh auditor haruslah selalu
direviu oleh pimpinan dengan tujuan menyakinkan bahwa audit telah mengikuti
standar audit yang berlaku umum, kebijakan dan prosedur organisasi yang telah
ditetapkan (Louwers et al., 2005).
Beberapa penelitian sebelumnya
membuktikan bahwa diskusi dalam reviu kertas kerja audit mempunyai pengaruh
positif terhadap kinerja auditor (Campbell dan Illgen, 1976; Paquette dan Kida,
1988 dalam Miller et al., 2006). Demikian pula Miller et al. (2006)
menemukan bahwa diskusi menghasilkan kinerja yang lebih baik pada auditor yang kurang berpengalaman, namun demikian diskusi
dapat pula mengurangi peningkatan kinerja auditor yang telah
berpengalaman. Berdasarkan pembahasan di atas, maka hipotesis yang terbentuk
adalah:
11
H14: Diskusi dalam
reviu kertas kerja audit mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja auditor
2.15. Pengaruh Komitmen
Organisasi Terhadap Motivasi Auditor
Menurut Miller dan Lee (2001)
komitmen organisasi merupakan suatu kondisi dimana anggota organisasi merasa
terikat oleh tindakan dan keyakinan mereka yang mempertahankan kegiatan dan
keterlibatan mereka dalam organisasi. Sedangkan motivasi merupakan suatu
keinginan yang timbul dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut
bertindak (Mathis dan Jackson, 2004). Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat
diduga bahwa auditor yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasinya
akan mempengaruhi motivasinya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk
mencapai tujuan organisasinya. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini
adalah: H15: Komitmen auditor
pada organisasi berpengaruh positif terhadap motivasi auditor.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Model Penelitian
Model penelitian untuk menguji
hipotesis 1 s.d 15 dalam penelitian ini menggunakan model persamaan struktural
sebagaimana pada Gambar 3.1.
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel.
Berdasarkan tinjauan pustaka
dan penelitian terdahulu, definisi operasional variabel dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 4.8. Masing-masing pertanyaan dalam kuesioner dalam
penelitian diukur dengan menggunakan skala Likert. Jawaban dari responden
bersifat kualitatif kemudian dikuantitatifkan dengan memberikan skor pada
masing-masing jawaban dengan menggunakan 5 poin skala Likert, yaitu nilai 1 =
sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat
setuju (Sekaran, 2000).
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
12
Populasi penelitian
ini adalah auditor yang berada di lingkungan APIP LPND. Metode pemilihan sampel
adalah metode purposive sampling yang merupakan metode pengambilan
sampel dengan didasarkan pada kriteria tertentu (Sekaran, 2003), yaitu:
1) Auditor internal
pemerintah yang melaksanakan pekerjaan di bidang auditing
2) Auditor internal
pemerintah yang telah lulus sertifikasi pembentukan auditor maupun belum, namun
pernah mengikuti diklat sertifikasi.
3.4. Jenis
dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan
data primer. Unit analisis dari penelitian ini adalah auditor internal
pemerintah yang bekerja dilingkungan APIP LPND. Sumber data dalam penelitian
ini adalah skor masing-masing indikator variabel yang diperoleh dari pengisian
kuesioner yang telah dibagikan kepada responden. Data LPND diperoleh dari www.ri.go.id dan
sumber lainnya seperti Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 2005, Peraturan
Pemerintah No. 81 tahun 2006, Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2008, dan
Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 2008.
IV. ANALISIS
HASIL PENELITIAN 4.1. Statistik
Deskriptif Sampel
Penelitian ini menggunakan
data primer yang diperoleh melalui kuesioner. Dari 300 kuesioner yang
dikirimkan kepada responden, jumlah yang kembali adalah sebanyak 276 kuesioner
sebagaimana diuraikan dalam Tabel 4.1. Pada tabel 4.2 diketahui jumlah
responden perempuan sebanyak 88 responden (31,89%) dan responden laki-laki
sebanyak 188 responden (68,11%). Usia responden sebagian besar adalah di atas
40 tahun yaitu 164 responden (59,42%). Tingkat pendidikan sebagian besar
responden adalah S1 yaitu 209 responden (75,72%). Jabatan responden sebagian
besar adalah auditor yang memiliki
13
sertifikasi pembentukan auditor anggota tim dengan jumlah 162 responden
(58,69%). Pengalaman audit sebagian besar di atas 2 s.d 5 tahun yaitu 82
responden (29,71%).
4.2. Tahapan dan Hasil
Pengujian Structural Equation Model
Penelitian ini diolah dengan
menggunakan sofware LISREL 8.72 full version. Jumlah indikator dalam penelitian ini berjumlah
45 dan menggunakan Maximum Likelihood Estimate (MLE)
dengan menggunakan pendekatan dua langkah (two step approach (Anderson
dan Gerbing, 1988 dalam Wijanto, 2008).
4.2.1. Pengujian Kecocokan Model Pengukuran
4.2.1.1. Uji Validitas
Validitas suatu
instrumen ditunjukkan dengan nilai t harus berada di atas nilai 1,96 dan standardized
loading factor lebih besar dari 0.5 (Iqbaria et al., 1997).
Butir-butir pernyataan yang tidak memenuhi kriteria valid tidak dapat diikutkan
dalam pengujian selanjutnya. Tabel 4.4 menunjukkan keseluruhan variabel
teramati berjumlah 45, namun hanya 36 variabel teramati yang dapat
diikutsertakan dalam pengujian selanjutnya.
4.2.1.2. Uji Reliabilitas
Jika hasil
perhitungan construct reliability lebih besar dari 0,7 dan variance
extracted lebih besar dari 0,5, maka sebuah konstruk mempunyai reliabilitas
yang baik (Hair et al., 1988 dalam Wijanto, 2008). Tabel 4.5 menunjukkan
bahwa keseluruhan variabel memiliki nilai CR > 0,70 dan empat
variabel memiliki nilai VE > 0,50 yang menunjukkan keseluruhan
variabel teramati yang merepresentasikan MO, LS, MI, dan TBP adalah reliabel
atau handal. Sedangkan nilai VE dari AP, OC, CUL, TC dan DAR masih menunjukkan
nilai < 0,50, namun demikian secara keseluruhan variabel teramati
dalam penelitian ini cukup handal.
4.2.2. Analisis Kecocokan Model Struktural
14
4.2.2.1. Analisis Kecocokan Keseluruhan Model
Hasil output
pengujian model secara keseluruhan dapat ditunjukkan pada Tabel 4.6. Dari
kombinasi berbagai ukuran kecocokan tersebut, maka secara umum dapat
disimpulkan bahwa kecocokan keseluruhan model adalah baik.
4.3.2.2. Analisis Model Struktural
Model persamaan
struktural dalam penelitian ini terdapat 3 persamaan. Persamaan
model struktural pertama bertujuan untuk menguji hipotesis H1, H2, dan H3. Berdasarkan
Tabel 4.7 diketahui bahwa H1 memiliki nilai t > 1,96 yang menunjukkan bahwa koefisien
CUL terbukti signifikan. Sedangkan H2 dan H3 memiliki nilai t < 1,96 yang menunjukkan
koefisien LS dan MI tidak terbukti signifikan. Persamaan model struktural kedua bertujuan
untuk menguji hipotesis H4, H5, H6 dan H15. Dari Tabel 4.7, H6 dan H15 memiliki nilai t
> 1,96 yang menunjukkan bahwa koefisien OC dan DAR terbukti signifikan. Sedangkan H4
dan H5 memiliki nilai t < 1,96 yang menunjukkan koefisien TBP dan TC tidak terbukti
signifikan. Sedangkan, persamaan model struktural ketiga bertujuan untuk menguji
hipotesis H7, H8, H9, H10, H11, H12, H13, dan H14. Dari persamaan tersebut diketahui
bahwa H7, H8, H9, H12, dan H14 memiliki nilai estimasi positif dan nilai t > 1,96 yang
menunjukkan bahwa koefisien OC, MO, CUL, TBP, dan DAR terbukti positif signifikan.
Sedangkan H10, H11, dan H13 memiliki nilai t < 1,96 yang menunjukkan koefisien LS, MI,
dan TC tidak terbukti signifikan.
4. Analisis Hasil Pengujian
model struktural pertama bertujuan untuk menguji hipotesis H1, H2, dan H3. Berdasarkan
Tabel 4.7 diketahui bahwa H1 memiliki nilai t > 1,96 yang menunjukkan bahwa koefisien
CUL terbukti signifikan. Sedangkan H2 dan H3 memiliki nilai t < 1,96 yang menunjukkan
koefisien LS dan MI tidak terbukti signifikan. Persamaan model struktural kedua bertujuan
untuk menguji hipotesis H4, H5, H6 dan H15. Dari Tabel 4.7, H6 dan H15 memiliki nilai t
> 1,96 yang menunjukkan bahwa koefisien OC dan DAR terbukti signifikan. Sedangkan H4
dan H5 memiliki nilai t < 1,96 yang menunjukkan koefisien TBP dan TC tidak terbukti
signifikan. Sedangkan, persamaan model struktural ketiga bertujuan untuk menguji
hipotesis H7, H8, H9, H10, H11, H12, H13, dan H14. Dari persamaan tersebut diketahui
bahwa H7, H8, H9, H12, dan H14 memiliki nilai estimasi positif dan nilai t > 1,96 yang
menunjukkan bahwa koefisien OC, MO, CUL, TBP, dan DAR terbukti positif signifikan.
Sedangkan H10, H11, dan H13 memiliki nilai t < 1,96 yang menunjukkan koefisien LS, MI,
dan TC tidak terbukti signifikan.
4. Analisis Hasil Pengujian
4.4.1. Pengaruh
Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi
Berdasarkan Tabel
4.7 diketahui bahwa H1 memberikan hasil signifikan, yang menunjukkan bahwa
budaya organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap komitmen organisasi.
Hasil ini sesuai yang diprediksikan dan mendukung temuan sebelumnya bahwa
15
budaya organisasi memiliki pengaruh positif terhadap komitmen organisasi
(Lok dan Crawford, 2004; Boon dan Arumugam, 2006).
4.4.2. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Komitmen
Organisasi
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa H2
memberikan hasil tidak signifikan. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan
bahwa gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh positif terhadap komitmen
organisasi. Artinya, gaya kepemimpinan di lingkungan APIP LPND tidak
mempengaruhi komitmen auditor terhadap organisasi yang menaunginya. Hasil ini
tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan dapat meningkatkan komitmen pegawai (Lok dan Crawford, 2004). Hal
tersebut disebabkan oleh kombinasi gaya kepemimpinan konsiderasi dan gaya
kepemimpinan struktur inisiatif mungkin belum cukup efektif dalam meningkatkan
komitmen auditor.
4.4.3. Pengaruh Imbalan Moneter Terhadap Komitmen
Organisasi
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa H3
memberikan hasil tidak signifikan. Artinya, imbalan keuangan tidak mempunyai
pengaruh terhadap komitmen organisasi. Hasil tersebut tidak sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa seseorang yang menerima imbalan
moneter akan memiliki komitmen lebih besar daripada individu yang tidak
menerima imbalan moneter (Riedel et al.,1988 dalam Breaux, 2004).
Kondisi tersebut mungkin
disebabkan imbalan moneter yang diterima auditor belum cukup membuat auditor
meningkatkan komitmen terhadap organisasinya. Disamping itu, imbalan moneter
yang diterima auditor dalam lingkungan APIP LPND mungkin belum cukup memberikan
kepuasan bagi auditor, sehingga tidak mempengaruhi komitmennya pada organisasi.
4.4.4. Pengaruh
Tekanan Anggaran Waktu Terhadap Motivasi
16
Tabel 4.7
menunjukkan bahwa H4 tidak terbukti signifikan. Penelitian ini memberikan bukti
bahwa tekanan anggaran waktu tidak mempunyai pengaruh terhadap motivasi
auditor. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal: 1) anggaran waktu yang
diberikan kepada auditor selama ini telah cukup untuk menyelesaikan penugasan
audit, 2) auditor mungkin tidak menghadapi beban pekerjaan yang terlalu banyak
sehingga tidak menghadapi tekanan tinggi, 3) keterbatasan anggaran waktu yang
mungkin dihadapi tidak mengganggu auditor dalam pelaksanaan audit yang
seharusnya.
4.4.5. Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Motivasi
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa H5
tidak terbukti signifikan. Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa kompleksitas tugas tidak mempunyai pengaruh
terhadap motivasi auditor untuk meningkatkan kinerjanya. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa kemungkinan penjelasan: 1) tingkat kesulitan auditor
untuk mendapatkan informasi dan bukti audit yang relevan dari auditan adalah
rendah, 2) auditor jarang mengalami kesulitan untuk bekerjasama dengan auditan
dalam penugasan audit, 3) auditor telah memiliki keahlian yang cukup dalam
menjalankan penugasan audit.
4.4.6. Pengaruh Diskusi dalam Reviu Audit Terhadap
Motivasi
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa H6
terbukti signifikan. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa diskusi dalam
reviu audit mempengaruhi secara positif motivasi auditor untuk meningkatkan
kinerjanya. Hasil ini konsisten dengan temuan sebelumnya bahwa diskusi dalam
reviu audit meningkatkan motivasi auditor (Miller et al., 2006).
4.4.7. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja
Auditor
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa H7
terbukti signifikan. Penelitian ini memberikan bukti bahwa komitmen organisasi
mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa komitmen
organisasi dapat meningkatkan kinerja (Fernando et al., 2005).
17
4.4.8. Pengaruh
Motivasi Terhadap Kinerja Auditor
Tabel 4.7
menunjukkan bahwa H8 terbukti signifikan. Penelitian ini memberikan bukti bahwa
motivasi auditor mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja auditor. Semakin
tinggi motivasi auditor, maka kinerjanya semakin baik. Hal tersebut menunjukkan
motivasi memiliki hubungan positif dengan kinerja (Ross dan Ferris, 1981).
4.4.9. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Auditor
Tabel 4.7
menunjukkan bahwa H9 terbukti signifikan. Penelitian ini membuktikan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh negatif
terhadap kinerja auditor. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
menemukan bahwa lingkungan birokrasi seringkali mengakibatkan penurunan
kinerja pegawai (Trice dan Beyer, 1993; Krausz et al., 1995).
4.4.10. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Auditor
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa
H10 tidak terbukti signifikan. Penelitian ini tidak membuktikan bahwa gaya
kepemimpinan dapat mempengaruhi kinerja auditor. Hal tersebut disebabkan gaya
kepemimpinan tidak berhubungan dengan kinerja karyawan (Campbell et al.,
1970; Graen, Dansereau, dan Minami, 1972 dalam Meyer, 1975). Hal tersebut menunjukkan bahwa kombinasi gaya kepemimpinan
konsiderasi dan struktur inisiatif belum cukup efektif dalam
meningkatkan kinerja auditor.
4.4.11. Pengaruh Imbalan
Moneter Terhadap Kinerja Auditor
Tabel 4.7 menunjukkan H11
tidak terbukti signifikan. Penelitian ini tidak membuktikan bahwa imbalan
keuangan mempengaruhi secara positif kinerja auditor. Hasil penelitian ini
sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya dalam bidang akuntansi bahwa
imbalan moneter tidak selalu meningkatkan kinerja individu dan masih memberikan
hasil yang mixed (Awasthi dan Pratt, 1990; Bonner et al., 2000;
dan Camerer dan Hogarth, 1999; dan Jenkins et al., 1998).
18
Hal tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa kemungkinan penjelasan: 1) imbalan moneter yang
diterima auditor dalam lingkungan APIP LPND belum cukup efektif dalam mendorong
auditor untuk meningkatkan kinerjanya, 2) kebutuhan sebagian besar auditor
mungkin telah terpenuhi, sehingga imbalan yang diterima auditor tidak memiliki
pengaruh yang cukup berarti dalam meningkatkan kinerja. Menurut Jeffrey (2003),
seseorang akan memilih imbalan moneter apabila kebutuhan pokoknya belum
terpenuhi.
4.4.12. Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Terhadap
Kinerja Auditor
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa
H12 terbukti signifikan. Penelitian ini memberikan bukti bahwa tekanan anggaran
waktu mempengaruhi kinerja auditor dengan arah yang berlawanan yaitu secara
positif mempengaruhi kinerja auditor. Artinya, semakin auditor mengalami
tekanan anggaran waktu, maka kinerjanya semakin baik. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
memberikan bukti bahwa tekanan anggaran waktu mempunyai pengaruh negatif
dengan kinerja audit (Alderman dan Deitrick, 1982; Waggoner dan Cashell, 1991; dan
Prasita dan Adi, 2007).
4.4.13. Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Kinerja
Auditor
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa
H13 tidak terbukti signifikan. Penelitian ini memberikan bukti bahwa
kompleksitas tugas tidak mempengaruhi kinerja auditor. Hal tersebut disebabkan
oleh beberapa hal: 1) kompleksitas tugas menurut persepsi auditor di lingkungan
APIP LPND berbeda-beda dimana beberapa tugas audit dapat dianggap sangat
kompleks dan sulit, sedangkan lainnya relatif lebih mudah (Jiambalvo dan Pratt,
1982 dalam Bonner dan Sprinkle, 2002), 2)
auditor mungkin saja tidak memiliki akuntabilitas dan menghadapi tekanan waktu
pada saat menjalankan penugasan auditnya. Menurut Asare dan McDaniel
(1990), kompleksitas tugas akan berdampak negatif terhadap kinerja apabila
terdapat akuntabilitas dan tekanan waktu, 3) auditor mungkin memiliki
pengetahuan dan akuntabilitas yang rendah atau sebaliknya. Menurut Tan et al.,
2002, kinerja auditor tidak
19
dipengaruhi oleh meningkatnya kompleksitas tugas pada saat auditor
memiliki pengetahuan dan akuntabilitas tinggi, atau memiliki pengetahuan dan
akuntabilitas rendah.
4.4.14. Pengaruh Diskusi dalam Reviu Audit Terhadap
Kinerja Auditor
Tabel 4.7
menunjukkan bahwa H14 terbukti signifikan. Penelitian ini memberikan bukti
bahwa diskusi dalam reviu audit mempengaruhi kinerja auditor. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa diskusi dalam
reviu kertas kerja audit dapat mempengaruhi peningkatan kinerja auditor (Miller
et al., 2006). Hal tersebut disebabkan diskusi memberikan informasi
tambahan yang dapat mengakibatkan peningkatan pemahaman akan bagaimana
melaksanakan tugas (Ilgen et al., 1979; Early, 1988; Sullivan, 1988).
4.4.15. Pengaruh
Komitmen Organisasi Terhadap Motivasi
Tabel 4.7
menunjukkan bahwa H15 terbukti signifikan. Penelitian ini memberikan bukti
bahwa komitmen organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi auditor
untuk meningkatkan kinerjanya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya (Sri Trisnaningsih, 2003).
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN
SARAN 5.1. Kesimpulan
1)
Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa gaya
kepemimpinan dan imbalan moneter dapat meningkatkan komitmen auditor terhadap
organisasinya. Namun, penelitian ini berhasil membuktikan bahwa budaya
organisasi dapat meningkatkan komitmen auditor terhadap organisasi yang
menaunginya.
2)
Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa
tekanan anggaran waktu dan kompleksitas tugas mempengaruhi secara signifikan
motivasi auditor untuk meningkatkan kinerjanya. Sedangkan diskusi dalam reviu
kertas kerja audit dan
20
komitmen organisasi dapat
mempengaruhi secara signifikan motivasi auditor untuk meningkatkan kinerjanya.
3)
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa komitmen
organisasi, motivasi auditor, dan diskusi dalam reviu kertas audit mempengaruhi
secara positif kinerja auditor.
4)
Penelitian ini memberikan bukti bahwa budaya
organisasi dan tekanan anggaran waktu memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja auditor, namun dengan arah yang berlawanan dengan hipotesis
dalam penelitian ini. Budaya organisasi mempunyai pengaruh negatif dengan
kinerja auditor, sedangkan tekanan anggaran waktu mempunyai pengaruh positif
dengan kinerja auditor.
5)
Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa gaya kepemimpinan,
imbalan moneter, dan kompleksitas tugas mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja auditor.
5.2. Keterbatasan
1)
Penelitian ini tidak melakukan
wawancara langsung pada masing-masing responden, sehingga peneliti tidak
mengetahui alasan yang menjadi latar belakang jawaban setiap responden dalam
penelitian ini. Jawaban yang diberikan oleh responden kemungkinan bukan
merupakan jawaban sebenarnya.
2)
Penelitian ini tidak mengukur kinerja auditor dari
persepsi pimpinan auditor, disebabkan peneliti mengalami kesulitan untuk
meminta waktu kepada para kepala APIP LPND untuk melakukan wawancara atau
mengisi kuesioner, sehingga penelitian ini mengukur kinerja auditor dari
persepsi auditor sendiri yang diukur dari kemampuan, pengetahuan dan pengalaman
auditor (Libby, 1995).
5.3. Saran Penelitian Selanjutnya
21
1)
Penelitian selanjutnya mengukur kinerja auditor
sebaiknya tidak hanya menggunakan persepsi dari auditor saja, namun juga
menggunakan persepsi dari supervisor atau
atasan auditor sebagaimana dilakukan oleh Kalbers dan Fogarty (1995).
2)
Peluang auditor mengungkapkan adanya kesalahan
tergantung pada independensinya (DeAngelo, 1981), sehingga penelitian
selanjutnya dapat menambahkan indikator independensi sebagai pengukuran
kinerja.
3)
Penelitian ini menguji pengaruh imbalan moneter
terhadap kinerja auditor tanpa menguji variabel lainnya yang mungkin
mempengaruhi hubungan antara imbalan moneter
dan kinerja tersebut, misalnya kompleksitas tugas (Bonner dan Sprinkle, 2002). Oleh
karena itu, penelitian selanjutnya dapat menggunakan kompleksitas tugas sebagai
moderasi hubungan imbalan moneter dengan kinerja auditor.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ahituv, Niv., dan Igbaria,
Magid., 1998. The Effect of Time Pressure and Completeness of Information on
Decision Making. Journal Management Information System 15 (2): p. 153 –
172 Alderman, C. Wayne, dan James W.
Deltrick., 1982. Auditor’s Perceptions on Time Budget Pressures and
Premature Sign Offs: A Replication and Extension. Auditing: A Journal of
Practice and Theory. Allen, N.J., dan Meyer, J.P., 1990. The Measurement
and Antecedents of Affective, Continuance,
and Normative Commitment
to the Organization.
Journal of Occupational
Psychology, 63: p. 1 – 18. Allen, R. S., dan M.M. Helms., 2001. Reward
Practices and Organizational Performance.
Compensation and Benefits Review (Juli/Agustus): p.
74 – 80. Aranya, N., dan K. R. Ferris., 1984. Reexamination of Accountants’
Organizational-Professional Conflict. The Accouting Review, Vol. LIX
No.1, January 1984. American Accounting Association.
_______________________________ ,
1983. Organizational –
Professional Conflict
Among U. S and Israeli Professional Accountants. Journal of Social
Psychology 119: p. 153 – 161. Aranya,
N., J. Pollock, dan J. Amernic., 1981. An Examination of Professional Commitmen
in Public Accounting. Accounting, Organization, and Society. Vol.
6. p. 271 – 280. Arnold, Vicky., S. Hayne, S. Sutton, dan C. Smith., 1997.
Accountants and Time Pressure: The Materiality Decision. Proceeding of the
Americas Conference on Information Systems, Association for Information System.
Arnold, J., 2005. Work Psychology: Understanding Human Behavior in the
Workplace, 4th
edition. London: Prentice Hall Financial Times. Awasthie, V., dan
J. Pratt., 1990. The Effects of Monetary Incentives on Effort and Decision
Performance: The Role of Cognitive Characteristics. The Accounting Review 65
(4): p. 797 – 811 Badan Pengawasan dan
Keuangan Pembangunan., 2001.
Auditing. Modul Diklat Pembentukan Auditor Anggota Tim Ahli,
Edisi Kedua.
________________________________________ ., 2003. Reviu Kertas Kerja Audit. Modul
Diklat Penjenjangan Auditor
Ketua Tim, Edisi Ketiga. Boon, Ooi Keng., Veeri Arumugam., 2006. The Influence
of Corporate Culture on Organizational Commitment: Case Sudy of Semiconductor
Organizations in Malaysia. Sunway Academic Journal 3: p. 99 – 115
Bonner, S. E., R. Hastie, G. B. Sprinkle, dan S. M. Young., 2000. A Review of
the Effects Financial Incentives on Performance in Laboratory Tasks: Implications
for Management Accounting. Journal of Management Accounting Research 12:
p. 19 – 64
__________ , dan B. L.
Lewis., 1990, Determinats of Auditor Expertise. Journal of
Accounting Research 28 (3): p. 1 – 28
__________ , dan
Sprinkle, G.B., 2002. The Effects of Monetary Incentives on Effort and
Task Performance: Theories,
Evidence, and A
Framework for Research. Accounting, Organization and
Society 27: p. 303 – 345. Breaux, Kevin T., 2004. The Effect of Program
Commitment on the Degree of Participative Congruence and Manajerial Performance
in A Budgeting Setting. Dissertation Louisiana State University. Brewer,
A., 1993. Managing for Employee Commitment. Longman, Sydney
23
Cahyono, D., dan Ghozali, Imam., 2002. Pengaruh Jabatan, Budaya
Organisasional dan
Konflik Peran Terhadap Hubungan Kepuasan Kerja dengan Komitmen
Organisasi
(Studi Empiris di KAP). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 5,
No. 3,
September 2002: p. 341 – 364 Camerer, C. F., dan R. M. Hogarth., 1999.
The Effects of Financial Incentives in
Experiments: A Review and Capital – Labor – Production Framework. Journal
of
Risk and Uncertainty 19 (1 – 3): p. 7 – 42
Campbell, D., dan D. Illgen., 1976. Additive Effects of Task Difficulty and
Goal – Setting
on Subsequent Task Performance. Journal of Applied Psychology 61
(June): p.
319 – 324. Chang, Eunmi. 2006. Individual Pay For Performance and
Commitment HR Practices in
South Korea. Journal of World Business 41: p. 368 – 381 Condly,
Steven J., Clark, Richard E., dan Stolovitch, Harold D., 2003. The Effect of
Incentives on Workplace Performance: A Meta-Analytic Review of Research
Studies. Performance Improvement Quaterly, 16 (3): p. 46-63.
Cook, E. dan Kelley, T., 1988. Auditor Stress and Time Budgets. The CPA
Journal: p. 83 –
86. Coram, P., Ng, Juliana dan Woodliff, David., 2000. The Effect of
Time Budget Pressure
and Risk of Error on Auditor
Performance [on-line] http://www.ecel.uwa.edu.au.
____________________________________ ., 2003. A Survey of Time Budget Pressure and
____________________________________ ., 2003. A Survey of Time Budget Pressure and
Reduced Audit Quality Among Australian Auditors. Australia Accounting
Review
13(1): p. 38 – 45. Darlis, Edfan. 2002. Analisis Pengaruh Komitmen
Organisasional dan Ketidakpastian
Lingkungan Terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dengan
Senjangan
Anggaran. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 5, No. 1: p. 85 –
101. DeAngelo, L. 1981. Auditor Size and
Audit Quality. Journal of Accounting and Economics:
p. 113 – 127. De Zoort, Tood., 1998. Time Pressure Research in Auditing:
Implications for Practice. The
Auditor’s Report; Fall 1998; 22, 1; Accounting
& Tax Periodicals; p. 11 – 14. De Zoort, F.T., dan Lord, A. T., 1997. A
Review and Synthesis of Pressure Effects
Research in Accounting. Journal of Accounting Literature, 16, 28
– 86, p. 45 Earley, P. C., 1988. Computer- Generated Performance Feedback in
the Magazine-Subscription Industry. Organizational Behavior and Human
Decision Processes
41 (1): p. 50 – 64. Erez, Amir., dan Alice M. Isen., 2002. The Influence
of Positive Affect on the Components
of Expectancy Motivation. Florida University. Journal of Applied
Psychology,
Vol. 87, No. 6: p. 1055 – 1067 Fernando, J., Mulki, J.P., dan Marshall,
G.W., 2005. A Meta-Analysis of the Relationship
between Organizational Commitment and Salesperson Job Performance. Journal
of Business Research, (58): p. 705 – 714 Gibson,
James L., John M Ivancevich. dan James H Donnelly Jr., 1993. Organisasi:
Perilaku, Struktur dan Proses. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Penerbit
Erlangga. Goleman, Daniel., 2004. Leadership That Gets Results. Havard
Business Review. USA,
March-April. Hunt, S. D., dan Morgan, R. M., 1994. Organizational
Commitment: One of Many
Commitments or Key Mediating Construct? Academy
of Management Journal, 37:
p. 1568 – 1587. Ilgen, D. R., C. D. Fisher, dan M. S. Taylor., 1979.
Consequences of Individual Feedback
on Behavior in Organization. Journal of Applied Psychology 64
(4): p. 349 – 371.
24
Jeffrey, S., 2003. The Benefits of Tangible Non-Monetary Incentives. Working
Paper. Jenkins, G. D. Jr., Mitra, A., Gupta, N., dan Shaw, J. D., 1998. Are
Financial Incentives
Related to Performance? A Meta – Analytic Review of Empirical Research.
Journal of Applied Psychology, 83: p. 777 – 787.
Kalbers, Lawrence P., dan Fogarty, Timothy J., 1995. Profesinalism its
Consequences: A
Study of Internal Auditors. Auditing: A
Journal of Practice, Vol. 14, No. 1: p. 64 –
86
________ ., dan Margheim, L., 1990. The Impact of Time Budget Pressure, Personality and
________ ., dan Margheim, L., 1990. The Impact of Time Budget Pressure, Personality and
Leadership Variables on Dysfunctional Behavior. Auditing: A Journal
of Practice
and Theory, Spring, p: 21 – 41 Kennedy,
J., 1993. Debiasing Audit Judgement with Accountability: A Frame Work and
Experience Mental Result. Journal of Accounting Research (Autumn)
23: p. 1 –
245. Ketchand, A.A. dan
Strawser, J.R., 2001.
Multiple Dimensions of
Organizational
Commitment: Implications for Future Accounting Research. Behavioral
Research
in Accounting, Vol. 13: p. 221 – 251.
Kratina, S., 1990. Organizational Culture and Head Nurse Leadership: the
Relationship to
Nurses’ Job Satisfaction and Turnover in Hospital Settings. Unpublished
PhD
Thesis, College of Education, George State University. Krausz, M.,
Koslowsky, M., Shalon, N., and Elyakim, N., 1995. Predictors of Intention to
Leave the Ward, the Hospital and the Nursing Profession: A Longitudinal
Study.
Journal of Organizational Behavior, 16: p. 277 – 288.
Kreitner dan Kinichi. (1998, 2000, 2005). Organizational Behavior. Irwin.
McGraw-Hill,
Boston Krogstad, Jack L, Ridley, Anthony J, dan
Rittenberg, Larry E., 1999. Where We’re Going.
Internal Auditor, Oktober. Kusel, J. dan Oxner,
T.H., 1990. Women in Internal Auditing. Internal Auditor, June LAN.,
2005. Acuan Umum Penerapan Good Governance pada Sektor Publik. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Lagomarsino, R.,
dan Cardona, P., 2003. Relationship among Leadership, Organizational
Commitment and OCB in Uruguayan Health Institutions. Working Paper, WP
No.
494. Larkin, Joseph M., 1990. Does gender affect internal auditor’s
performance?. The Women
CPA, Spring: p. 20 – 24 Lekatompessy, J. Eduard., 2005.
Analisis Variabel-variabel Anteseden dan Konsekuensi
Organizational-Professional Conflict Akuntan di KAP dan Industri. Jurnal
Riset
Akuntansi Indonesia, Vol. 8, No. 2, Mei 2005: p.
158 – 174. Libby, R., 1995. The Role of Knowledge and Memory in Audit
Judgement. In: Ashton RA,
Ashton AH, Editors. Judgement and Decision-Making. Research in
Accounting
and Auditing. New York:
Cambridge University Press.
_______ , dan Luft, J., 1993. Determinants of Judgement Performance in Accounting
_______ , dan Luft, J., 1993. Determinants of Judgement Performance in Accounting
Settings: Ability, Knowledge,
Motivation, and Environment. Accounting,
Organization, and Society, 18 (5): p. 425 –
450
_______ , dan Fredrick, D.M., 1990. Experience and The Ability to Explain Audit Findings.
_______ , dan Fredrick, D.M., 1990. Experience and The Ability to Explain Audit Findings.
Journal of Accounting Research
(Autumn):
p. 348 – 367
_______ , Lipe, M., 1992. Incentive Effects and the Cognitive Processes Involved in
_______ , Lipe, M., 1992. Incentive Effects and the Cognitive Processes Involved in
Accounting Judgements. Journal of Accounting Research 30: p. 249
– 273. Liyanarachchi, Gregory A., dan Shaun
M. McNamara., 2007. Time Budget Pressure in New
Zealand Audits. Business Review, Vol. 9, No. 2: p. 61 – 68.
25
Lok, Peter dan Crawford, John., 1999. The Relationship between
Commitment and
Organizational Culture, Subculture, Leadership Style, and Job
Satisfaction in
Organizational Change and
Development. Leadership and
Organization
Development Journal. Bradford, Vol. 20, lss. 7:
p. 365.
__________________________ ., 2004. The effect of organizational culture and leadership
__________________________ ., 2004. The effect of organizational culture and leadership
style on job satisfaction and organizational commitment.
The Journal of
Management Development (23): p. 321 – 337 Louwers,
T., R. Ramsay, D. Sinason, dan J. Strawser., 2005. Auditing and Assurance
Services. New York, NY : McGraw-Hill Irwin. Lund, D. B., 2003.
Organizational Culture and Job Satisfaction. Journal of Business and
Industrial Marketing, 18 (3): p. 219 – 231.
Manetje, O., dan Martins, N., 2009. The Relationship between Organizational
Culture and
Organizational Commitment. Southern African Business Review, Vol.
13, No. 1. Margheim, L., Tim Kelley, dan Diane Pattison., 2005. An Empirical
Analysis of The
Effects of Auditor Time Budget Pressure and Time Deadline Pressure. The
Journal of Applied Business Research – Winter, Vol. 21:
p. 23 – 35. Maryani, Dwi., dan Bambang Supomo., 2001. Studi Empiris Pengaruh
Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja Individual. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 3,
No. 1, April: p.
367 – 376 Mathis, Robert L., dan
Jackson, John H., 2004. Human Resource Management 10th Edition.
South Western. Mayer, R. E., 2003, What
Causes Individual Differences in Cognitive Performance?
dalamR.J. Sternberg dan E.L. Grigorenko (eds), The Psychology of
Abilities,
Competencies, and Expertise. NY: Cambridge University Press: p.
263 – 274. Mc.Daniel, Linda S., 1990. The Effects of Time Pressure and Audit
Program Structure on
Audit Performance. Journal of Accounting Research 28(2): p. 267 –
285 McNamara, S.M., Gregory A. Liyanarachchi., 2008. Time Budget Pressure and
Auditor
Dysfunctional Behavior Within An Occupational Stress Model. Accountancy
Business and the Public Interest, Vol. 7, No. 1. Meyer, Marshall W., 1975. Leadership and Organizational
Structure. The American Journal
of Sociology, Vol. 81, No. 3 (Nov., 1975):
p. 514 – 542. Miller, D., dan Lee, J., 2001. The People Make the Process:
Commitment to employees,
Decision-Making and Performance. Journal of Management, 27: p.
163 – 189 Miller, Cathleen L., Donald B. Fedor, and Robert J. Ramsay., 2006.
Effects of Discussion
of Audit Reviews on Auditors’ Motivation and
Performance. Behavioral Research
in Accounting, Vol. 18: p. 135 – 146.
Mowday, R., R. Steers, dan L. Porter., 1979. The Measurement of Organizational
Commitment. Journal of Vacational Behavior 14: p. 224 – 247 Odom,
R.Y., Boxx, W.R., dan Dunn, M.G., 1990. Organizational Cultures, Commitment,
Satisfaction, and Cohesion. Public Productivity and Management Review,
14: p.
157 – 169. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
PER/04/M.PAN/03/2008
tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah., 2008. Menteri
Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara. Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008
tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah., 2008. Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
26
Pool, S. W., 2000. Organizational Culture and Its Relationship between
Jobs Tension in
Measuring Outcomes among Business Executives. Journal of Management
Development, 9 (1): p. 32 – 49 Porter,
L.W., dan R.M. Steers, R.T. Mowday, dan P.V. Boulian., 1974. Organizational
Commitment, Job Satisfaction, and Turnover Among Psychiatric
Technicians.
Journal of Applied Psychology 59 (5): 603 – 609.
Prasita, A., dan Adi, P. H., 2007. Pengaruh Kompleksitas Audit dan Tekanan
Anggaran
Waktu Terhadap Kualitas Audit dengan Moderasi Pemahaman Terhadap Sistem
Informasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. XIII, No. 1: p. 54 –
78. Rashid, M. Z. A., Sambasivan, M., dan Johari, J., 2003. The Influence of
Corporate Culture
and Organizational Commitment on
Performance. Journal of Management
Development, 22 (8): p. 708 – 728.
Ratnawati, Vince., 2002. Pengaruh Job Insecurity, Faktor Anteseden, dan
Konsekuensinya
Terhadap Keinginan Berpindah Karyawan (Studi
Empiris pada KAP di Indonesia).
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 5, No. 3,
September 2002: p. 277 – 290 Rich, J. S., I. Solomon, dan K. T. Trotman., 1997.
Multi-Auditor Judgment/ Decision
Making Research: A Decade Later. Journal of Accounting Literature 16:
p. 86 –
126 Saeed, M., dan Hassan, M., 2000. Organizational Culture and Work
Outcomes: Evidence
from some Malaysian Organizations. Malaysian Management Review,
35 (2): p.
54 – 59. Sedarmayanti., 2007. Good Governance dan Good Corporate
Governance. Bagian Ketiga.
CV. Mandar Maju. Sprinkle, G. B., 2000. The
Effect of Incentive Contracts on Learning and Performance. The
Accounting Review 75 (3): p. 299 – 326 Sullivan,
J. J., 1988. Three Roles of Language in Motivation Theory. Academy of
Management Review 13 (1): p. 104 – 115 Tan,
Hun-Tong, Terence Bu-Peow Ng, dan Bobby-Yeong Mak., 2002. The Effects of Task
Complexity on Auditors’ Performance: The Impact of Accountability and
Knowledge. Auditing: A Journal of Practice
& Theory, Vol. 21, No. 2, September:
p. 81 – 95. Trisnaningsih, Sri., 2004. Perbedaan Kinerja Auditor Dilihat
dari Segi Gender. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia 7: p. 108 – 123.
______________ ., 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi
______________ ., 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai Mediasi
Pengaruh Pemahaman Good Corporate Governance, Gaya Kepemimpinan dan
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional
Akuntansi X,
Makassar
_______________ ., 2003. Pengaruh Komitmen terhadap Kepuasan Auditor: Motivasi
_______________ ., 2003. Pengaruh Komitmen terhadap Kepuasan Auditor: Motivasi
sebagai Variabel Intervening. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
Volume 6., No.
2., Mei 2003. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia
Kompartemen Akuntan Pendidik. Waggoner, J.B, dan Cashell, J.D., 1991. The Impact of
Time Pressure on Auditor’s
Performance. CPA Journal, Jan-Apr: p. 27 – 32.
27
Lampiran:
Tabel 4.1 Hasil
Pengumpulan Data
Keterangan
Kuesioner yang disebarkan
|
Jumlah
328
|
Prosentase
100
|
Kuesioner yang tidak kembali
|
44
|
13.41
|
Kuesioner yang kembali
|
284
|
86.59
|
Kuesioner
yang tidak memenuhi syarat
|
8
|
2.44
|
Kuesioner
yang memenuhi syarat
|
276
|
84.15
|
Tabel 4.2 Data
Demografi Responden
No.
|
Keterangan
|
Jumlah Responden
|
Prosentase
|
1
|
Jenis
kelamin:
- Laki-laki
- Perempuan
|
188
88
|
68,11 31,89
|
2
|
Umur:
- 20 – 25 tahun
- 26 – 30 tahun
- 31 – 35 tahun
- 36 – 40 tahun
- 40 tahun ke atas
|
10 37 33 32 164
|
3,62 13,41 11,96 11.59 59,42
|
3
|
Pendidikan:
- SLTA
- D3
- S1
- S2
- S3
|
20
21
209
25
1
|
7,25 7,61 75,72 9,06 0,36
|
4
|
Jabatan
Sertifikasi:
- Pengendali Teknis
- Ketua Tim
- Anggota Tim
- Non Sertifikasi
|
38
53
162
23
|
13,77
19,21
58,69
8,33
|
5
|
Pengalaman audit:
- < 2 tahun
- 2,1 – 5 tahun
- 5,1 – 10 tahun
- > 10 tahun
|
57
82 60 77
|
20,65 29,71 21,74 27,90
|
Sumber:
|
Hasil
pengolahan data primer
|
Tabel 4.3 Statistik
Deskriptif Jawaban Responden Per-Variabel Laten
Variabel
Laten
|
Minimum
|
Maximum
|
Mean
|
MO
|
3
|
5
|
4,03
|
AP
|
3
|
5
|
4,26
|
OC
|
2
|
5
|
3,79
|
CUL
|
2
|
5
|
3,64
|
LS
|
2
|
5
|
3,79
|
MI
|
1
|
5
|
3,25
|
TBP
|
1
|
5
|
3,57
|
TC
|
2
|
5
|
3,35
|
DAR
|
3
|
5
|
3,97
|
Sumber:
Hasil pengola
|
han data primer
|
28
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Anteseden dan Konsekuensi Perilaku Auditor
Antecedents Organization:
|
Auditor’s Behavior
|
Consequence
|
||||
- Organizational Culture
- Leadership
Style
- Monetary Incentives
|
||||||
—►
|
Organizational Commitment
|
^*------- n-----
|
||||
Task:
|
Auditor’s Performance
|
|||||
- Time Budget Pressure
- Task Complexity
- Discussion of Audit
Review |
^w
|
—▲----------------
|
||||
—►
|
Motivation
|
/ 1
|
||||
Gambar 3.1 Model Penelitian
![]() |
Ket:
AP = Kinerja
auditor (Auditor’s Performance) OC =
Komitmen organisasi (Organizational Commitment) CUL= Budaya
organisasi (Organizational Culture) LS = Gaya kepemimpinan (Leadership
Style) MI = Imbalan moneter (Monetary Incentives) MO = Motivasi (Motivation)
TBP = Tekanan anggaran waktu (Time Budget Pressure) TC = Kompleksitas tugas (Task
Complexity) DAR = Diskusi reviu audit (Discussion
of Audit Review
29
Gambar 4.1 Path Diagram – Ringkasan Hasil Uji Model
Struktural

Chi-Square=746.11, df=546, P-value=0.00000,
RMSEA=0.037
Tabel 4.4. Standardized Loading Factor dan Nilai t
No
|
Variabel
Indikator
|
Standardized
Loading Factor
|
Nilai t
|
Kesimpulan
|
1
|
AP1
|
0,48
|
7,67
|
Kurang Valid
|
2
|
AP2
|
0,63
|
10,66
|
Valid
|
3
|
AP3
|
0,65
|
11,09
|
Valid
|
4
|
AP4
|
0,65
|
11,22
|
Valid
|
5
|
AP5
|
0,58
|
9,68
|
Valid
|
6
|
AP6
|
0,48
|
7,72
|
Kurang valid
|
7
|
MO1
|
0,65
|
10,68
|
Valid
|
8
|
MO2
|
0,65
|
10,73
|
Valid
|
9
|
MO3
|
0,69
|
11,40
|
Valid
|
10
|
MO4
|
0,87
|
10,82
|
Valid
|
11
|
OC1
|
0,72
|
13,37
|
Valid
|
12
|
OC2
|
0,12
|
1,92
|
Tidak valid
|
13
|
OC3
|
0,62
|
11,11
|
Valid
|
14
|
OC4
|
0,55
|
9,53
|
Valid
|
15
|
OC5
|
0,70
|
12,90
|
Valid
|
16
|
OC6
|
0,68
|
12,34
|
Valid
|
17
|
OC7
|
0,37
|
6,20
|
Kurang valid
|
18
|
OC8
|
0,58
|
10,16
|
Valid
|
19
|
CUL1
|
0,40
|
6,55
|
Kurang valid
|
20
|
CUL2
|
0,30
|
4,71
|
Kurang valid
|
21
|
CUL3
|
0,75
|
13,71
|
Valid
|
22
|
CUL4
|
0,38
|
6,09
|
Kurang valid
|
23
|
CUL5
|
0,59
|
10,12
|
Valid
|
24
|
CUL6
|
0,66
|
11,69
|
Valid
|
25
|
LS1
|
0,66
|
11,94
|
Valid
|
26
|
LS2
|
0,51
|
8,70
|
Valid
|
27
|
LS3
|
0,78
|
15,09
|
Valid
|
28
|
LS4
|
0,88
|
18,10
|
Valid
|
29
|
LS5
|
0,86
|
17,54
|
Valid
|
30
|
LS6
|
0,77
|
14,82
|
Valid
|
31
|
MI1
|
0,84
|
14,67
|
Valid
|
32
|
MI2
|
0,55
|
9,01
|
Valid
|
33
|
MI3
|
0,69
|
11,73
|
Valid
|
34
|
TBP1
|
0,67
|
10,69
|
Valid
|
35
|
TBP2
|
0,72
|
11,79
|
Valid
|
36
|
TBP3
|
0,77
|
12,72
|
Valid
|
37
|
TC1
|
0,42
|
6,27
|
Kurang valid
|
38
|
TC2
|
0,69
|
10,77
|
Valid
|
39
|
TC3
|
0,65
|
10,11
|
Valid
|
40
|
TC4
|
0,63
|
9,74
|
Valid
|
41
|
DAR1
|
0,52
|
8,61
|
Valid
|
42
|
DAR2
|
0,35
|
5,52
|
Kurang Valid
|
43
|
DAR3
|
0,69
|
11,98
|
Valid
|
44
|
DAR4
|
0,73
|
12,63
|
Valid
|
45
|
DAR5
|
0,78
|
13,99
|
Valid
|
Sumber:
Hasil pengolahan data
Tabel 4.6. Hasil Uji Kecocokan Keseluruhan Model
Ukuran GOF
|
Target –
Tingkat Kecocokan
|
Hasil
Estimasi Model
|
Tingkat
Kecocokan
|
Chi-Square
P
|
Nilai yang kecil P > 0,05
|
788,41
(P = 0,00)
|
Kurang Baik
|
NCP
Interval
|
Nilai
yang kecil Interval yang sempit
|
200,11
(132,55: 275,72)
|
Kurang Baik
|
RMSEA
P (close fit)
|
RMSEA < 0,08 P > 0,50
|
0,037
1,00
|
Baik
|
ECVI
|
Nilai yang
kecil dan dekat dengan ECVI saturated
|
M*
= 3,59 S* = 4,84 I* = 49,17
|
Baik
|
AIC
|
Nilai yang
kecil dan dekat
dengan AIC
Saturated
|
M*
= 986.11 S* = 1332,00 I* = 13521,96
|
Baik
|
CAIC
|
Nilai yang
kecil dan dekat dengan CAIC saturated
|
M*
= 1540,56 S* = 4409,19 I* = 13688,30
|
Baik
|
NFI
|
NFI > 0,90
|
0,94
|
Baik
|
NNFI
|
NNFI > 0,90
|
0,98
|
Baik
|
CFI
|
CFI > 0,90
|
0,98
|
Baik
|
IFI
|
IFI > 0,90
|
0,98
|
Baik
|
RFI
|
RFI > 0,90
|
0,93
|
Baik
|
CN
|
CN > 200
|
219,28
|
Baik
|
RMR
|
Standardized RMR <
0,05
|
0,030
|
Baik
|
GFI
|
GFI > 0,90
|
0,87
|
Cukup Baik
|
AGFI
|
AGFI > 0,90
|
0,84
|
Cukup Baik
|
* M = Model; S =
Satur
|
ated; I = Independence
|
30
31
Tabel 4.7 Kesimpulan Hasil Model Struktural 1 dan 2
Model Struktural 1:
OC = 0.86*CUL - 0.049*LS - 0.022*MI, Errorvar.= 0.36
, R² = 0.64 (0.22) (0.18) (0.10) (0.075) 3.92 -0.28 -0.21 4.79
|
||||
Hipotesis
|
Path
|
Estimasi
|
Nilai t
|
Kesimpulan
|
H1
|
CUL ■» OC
|
0,86
|
3,92*
|
Signifikan
|
H2
|
LS->OC
|
-0,0049
|
-0,28
|
Tidak Signifikan
|
H3
|
MI ^ OC
|
-0,022
|
-0,21
|
Tidak Signifikan
|
Model Struktural 2:
MO = 0.70*OC + 0.067*TBP +
0.024*TC + 0.22*DAR, Errorvar.= 0.29 , R² = 0.71 (0.086) (0.054) (0.055) (0.065) (0.072) 8.14 1.24 0.44 3.41 3.99
|
||||
Hipotesis
|
Path
|
Estimasi
|
Nilai t
|
Kesimpulan
|
H4
|
TBP ^ MO
|
0,67
|
1,24
|
Tidak Signifikan
|
H5
|
TC ^ MO
|
0,024
|
0,44
|
Tidak Signifikan
|
H6
|
DAR ■» MO
|
0,22
|
3,41*
|
Signifikan
|
H15
|
OC->MO
|
0,70
|
8,14*
|
Signifikan
|
Model Struktural 3:
AP = 0.30*MO + 0.75*OC - 1.33*CUL + 0.58*LS +
0.14*MI + 0.25*TBP - 0.066*TC
+0.60*DAR, Errorvar.= 0.083, R² = 0.92
(0.15) (0.23)
(0.55) (0.32) (0.16)
(0.096) (0.097) (0.17) (0.14) 1.97 3.25
-2.43 1.80 0.89 2.60 -0.68 3.46 0.60
|
||||
Hipotesis
|
Path
|
Estimasi
|
Nilai t
|
Kesimpulan
|
H7
|
OC ^ AP
|
0,75
|
3,25*
|
Signifikan
|
H8
|
MO ^ AP
|
0,30
|
1,97*
|
Signifikan
|
H9
|
CUL ■» AP
|
-1,33
|
-2,43*
|
Signifikan
|
H10
|
LS->AP
|
0,58
|
1,80
|
Tidak
Signifikan
|
H11
|
MI ^ AP
|
0,14
|
0,89
|
Tidak
Signifikan
|
H12
|
TBP ^ AP
|
0,25
|
2,70*
|
Signifikan
|
H13
|
TC ^ AP
|
-0,066
|
-0,68
|
Tidak Signifikan
|
H14
|
DAR ■» AP
|
0,60
|
3,46*
|
Signifikan
|
32
* signifikan pada α=5%
N=276
OC = komitmen organisasi; AP = kinerja auditor;
MO = motivasi; CUL = budaya organisasi;
LS = gaya kepemimpinan; MI =
imbalan moneter; TBP = tekanan anggaran waktu; TC =
kompleksitas tugas; DAR = diskusi dalam reviu
audit.
Sumber: Hasil pengolahan data
Tabel 4.8 Operasionalisasi Variabel
No
|
Variabel
|
Uraian
|
1
|
Kinerja
auditor (AP)
|
didefinisikan sebagai suatu ukuran yang dapat
digunakan untuk menetapkan perbandingan hasil pelaksanaan tugas,
tanggungjawab yang diberikan oleh organisasi pada periode tertentu dan relatif
dapat digunakan untuk mengukur prestasi kerja atau kinerja organisasi (Gibson
et al., 1996). Pengukuran kinerja dalam penelitian ini diukur dari
komponen kinerja menurut Libby (1995) yang terdiri dari kemampuan,
pengetahuan dan pengalaman auditor. Instrumen yang digunakan terdiri dari 1
(satu) item pernyataan mengenai pengalaman yang dikembangkan oleh Larkin
(1990) dalam Trisnaningsih (2004, 2007), 2 (dua) item instrumen penyataan
mengenai kemampuan yang dikembangkan oleh Bonner dan Lewis (1990), 2 (dua) instrumen pernyataan yang dikembangkan oleh
Kalbers dan Fogarty (1995), dan 2 (dua) item instrumen yang dikembangkan oleh
peneliti sendiri.
|
2
|
Motivasi (MO)
|
merupakan keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan orang
tersebut bertindak (Mathis dan Jackson, 2004). Variabel motivasi auditor
dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan 2
(empat) item instrumen yang dikembangkan oleh Larkin
(1990) sebagaimana telah
direplikasi oleh Trisnaningsih
(2004, 2007), dan 2 (dua) item instrumen yang dikembangkan oleh peneliti
sendiri.
|
3
|
Komitmen organisasi (OC)
|
merupakan identifikasi individual dan keterlibatan individu terhadap
suatu organisasi (Crewson, 1997). Variabel komitmen organisasi diukur dengan
menggunakan instrumen pertanyaan yang dikembangkan oleh Meyer dan Allen
(1984) sebanyak 7 (tujuh) item instrumen dan 1 (satu) item instrumen yang
dikembangkan oleh peneliti sendiri.
|
4
|
Budaya organisasi (CUL)
|
didefinisikan sebagai pola nilai dan keyakinan
bersama yang memberikan arti dan peraturan perilaku bagi anggota organisasi
(Mathis dan Jackson, 2004). Variabel budaya organisasi dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan 4 (empat) item instrumen yang dikembangkan oleh
Hofstede et al. (1990) dan telah
dimodifikasi oleh peneliti dan 1 (satu) item instrumen yang dikembangkan
oleh peneliti.
|
5
|
Imbalan moneter (MI)
|
adalah bentuk kompensasi langsung yang bersifat umum, yang meliputi
gaji, bonus, dan tunjangan lainnya. Imbalan moneter diukur dengan
memodifikasi 1 (satu) instrumen yang dikembangkan oleh Spector (1994) dan 2
(dua)
|
33 instrumen yang
dikembangkan oleh peneliti.
No
|
Variabel
|
Uraian
|
6
|
Gaya kepemimpinan (LS)
|
merupakan suatu cara seorang
pimpinan untuk mempengaruhi orang lain atau bawahannya sedemikian rupa
sehingga orang tersebut bersedia melakukan kehendak pemimpin untuk mencapai
tujuan oranisasi meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi
(Luthans, 2002). Variabel gaya kepemimpinan
dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Gibson (1996). Instrumen terdiri dari 3 (tiga) item
instrumen pertanyaan mengenai gaya kepemimpinan konsiderasi dan 3 (tiga) item
instrumen gaya kepemimpinan struktur.
|
7
|
Tekanan anggaran waktu (TBP)
|
adalah bentuk tekanan yang muncul dari berbagai
keterbatasan sumber daya yang dialokasikan untuk melaksanakan tugas (De
Zoort, 1998). Variabel ini diukur dengan menggunakan 1 (satu) instrumen yang
dimodifikasi oleh peneliti dari instrumen yang dikembangkan oleh Prasita dan
Adi (2007) dan 2 (dua) instrumen
pernyataan yang dikembangkan oleh Cook dan Kelley (1988).
|
8
|
Kompleksitas tugas (TC)
|
merupakan bentuk perhatian atau proses dari suatu
tugas yang membutuhkan sejumlah struktur dan kejelasan tugas yang diberikan
(Campbell, 1988; Wood, 1986; Bonner dan Sprinkle, 2002). Kompleksitas audit
diukur dengan menggunakan 1 (satu) item instrumen yang dikembangkan oleh
Spector (1994), 1 (satu) item instrumen yang dikembangkan oleh Prasita dan
Adi (2007) dan 2 (dua) item instrumen yang dikembangkan oleh peneliti
sendiri.
|
9
|
Diskusi Reviu Audit (DAR)
|
merupakan suatu mekanisme
yang bertujuan memberikan informasi tambahan yang dapat mengakibatkan
peningkatan pemahaman akan bagaimana melaksanakan tugas (Ilgen et al.,
1979; Early, 1988; Sullivan, 1988 dalam Miller et al., 2006). Variabel ini diukur dengan menggunakan 2 (dua)
item instrumen yang dikembangkan oleh Miller et al. (2006) dan
3 (tiga) item instrumen yang dikembangkan oleh peneliti sendiri.
|

EmoticonEmoticon