PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT LION
MENTARI AIRLINES
ABSTRAKSI
Kepemimpinan
(leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin (leader), dalam
mengarahkan, mendorong, dan mengatur semua unsur-unsur didalam suatu organisasi
untuk mewujudkan suatu tujuan yang akan dicapai, sehingga menghasilkan kinerja
pegawai yang maksimal. Untuk meraih tujuan tersebut harus di upayakan bagaimana
cara seorang pemimpin dapat memberikan dorongan semangat kerja kepada karyawan,
agar sasaran maupun tujuan yang di rencanakan secara bersama dapat mencapai
target. Selain itu, pemimpin dapat memberikan promosi jabatan bagi karyawan yang berprestasi agar, terciptanya kepuasan kerja
karyawan.
Dengan
memberikan kompensasi, karyawan akan memiliki kepuasan kerja maupun semangat
kerja yang tinggi untuk mencapai suatu target. Kepuasan kerja adalah keadaan
emosional karyawan di mana terjadi atau pun tidak terjadi titik temu antara
nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan/organisasi dengan tingkat nilai
balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan.
Penelitian
dilakukan pada PT. Lion Mentari
Airlines . Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan
metode analisa regresi berganda dan menggunakan koefisien determinasi uji F dan
uji T untuk melakukan pengujian hipotesis. Data yang dikumpulkan melalui
kuesioner yang dibagikan kepada 50 responden karyawan PT. Lion
Mentari Airlines.
Dari ketiga variabel independen yang diuji secara
individual, tipe
kepemimpinan yang paling dominan dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan adalah tipe pemimpin Otoriter (X2).
Kata kunci : Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kepuasan kerja karyawan
PENDAHULUAN
Kepemimpinan (leadership) dapat
dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin (leader), dalam mengarahkan,
mendorong, dan mengatur semua unsur-unsur didalam suatu organisasi untuk
mewujudkan suatu tujuan yang akan dicapai, sehingga menghasilkan kinerja
pegawai yang maksimal. Dengan meningkatnya kinerja pegawai berarti tercapainya
hasil kerja seseorang atau pegawai dalam mencapai tujuan organisasi.
Untuk meraih tujuan tersebut harus di
upayakan bagaimana cara seorang pemimpin dapat memberikan dorongan semangat kerja
kepada karyawan, agar sasaran maupun tujuan yang di rencanakan secara bersama
dapat mencapai target. Selain itu, pemimpin dapat memberikan promosi jabatan
bagi karyawan yang berprestasi agar, terciptanya kepuasan kerja karyawan.
Selain memberikan promosi jabatan,
seorang pemimipin harus memikirkan kesenangan terhadap karyawannya dengan
memberikan gaji/upah yang sesuai, kemudian memberikan tunjangan setiap tahun,
dan memberikan cuti. Dengan memberikan kompensasi tersebut karyawan akan
memiliki kepuasan kerja maupun semangat kerja yang tinggi untuk mencapai suatu
target.
Dengan demikian, untuk menjadi pemimpin
(leader) harus memiliki ambisi, tanggung jawab, mempunyai semangat yang tinggi
untuk memberikan motivasi terhadap karyawan, kecerdasan, kedewasaan, keluasan
hubungan sosial, dan berani dalam mengambil keputusan. Agar yang direncanakan
oleh perusahaan tersebut dapat terealisasikan.
LANDASAN TEORI
Menurut
Malayu S.P. Hasibuan (2002:10): “manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan
seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat”. Menurut Gary
Dessler (2004:2) “manajemen sumber daya manusia adlah proses memperoleh,
melatih, menilai, dan memberikan kompenisasi kepada karyawan, memperhatikan
hubungan kerja mereka, kesehatan dan keamanan, serta masalah keadilan”.
Pengertian
Kepemimpinan
a.
Kepemimpinan
telah didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda oleh berbagai orang yang
berbeda. (T.Hani Handoko, 2000 : 294)
b.
Kepemimpinan
adalah cara atau gaya seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau
bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
(Hasibuan, 2000 : 167)
c.
Kepemimpinan
adalah aktifitas mempengaruhi perilaku orang lain baik secara individu maupun
kelompok agar melakukan aktivitas dalam usaha mencapai tujuan dalam situasi
tertentu.
(Ulbert Silalahi, 2002 : 184)
d.
Kepemimpinan
adalah keseluruhan aktifitas atau tindakan untuk mempengaruhi serta menggiatkan
orang-orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan. (Terry, 2006 : 160)
e.
Kepemimpinan
adalah seni kemampuan mempengaruhi perilaku manusia dan kemampuan untuk
mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar perilaku mereka sesuai dengan
perilaku yang diinginkan oleh pimpinan. (Yayat M.Herujito, 2004 : 179)
Tipe-tipe
Kepemimpinan
a.
Tipe pemimpin
pribadi, pemimpin
yang tergolong tipe ini mempunyai hubungan langsung dengan para pegawainya.
Kepemimpinan semacam ini biasanya sangat efektif didalam usaha apa pun baik kecil maupun besar.
b.
Tipe pemimpin
non-pribadi, tipe
pemimpin semacam ini hubungannya dengan para pegawainya sama sekali kurang atau
berjalan tidak langsung, karena kepemimpinan yang dilakukan melalui cara-cara
yang personal seperti perintah-perintah tertulis, keputusan-keputusan,
pengamanan-pengamanan yang mengandung adanya bimbingan, rencana panji dan
sumpah.
c.
Tipe pemimpin
otoriter, suatu
bentuk kepemimpinan yang mempunyai karakteristik negatif dan sangat egois
terhadap para bawahan.
d.
Tipe pemimpin
demokratis, dalam
tipe kepemimpinan demokratis golongan pelaksana berpartisipasi penuh dalam
mencapai tujuan organisasi tanpa ada rasa paksaan, disamping itu turut
mengembangkan pemikiran-pemikiran dalam menentukan dan atau memutuskan
metode-metode yang terbaik dalam pelaksanaan pekerjaan atau dengan pengertian
lain.
e.
Tipe
kepemimpinan paternalitas (kebapaan), suatu tipe pemimpin yang bersifat
seperti bapak yaitu sebagai pendidik, pengasuh, pembimbing, penasihat, tukang
memerintah dan kurang mau menerima pendapat pengikutnya.
f.
Tipe pemimpin
alamiah, tipe
kepemimpinan yang terbentuk tanpa ada yang mengangkat atau dengan kata lain
kepemimpinan yang terjadi secara spontan yaitu atas dukungan dari para
pengikut-pengikutnya.
g.
Tipe pemimpin
militeristis, model
kepemimpinan yang kaku karena dalam mengarahkan pengikut-pengikutnya selalu bergantung
pada pangkat dan jabatannya, senang kepada formalitas yang berlebihan dan tidak
mau dikritik, menggemari atau menyukai upacara-upacara dan penghormatan yang
berlebihan.
h.
Tipe
kepemimpinan kharismatis, mempunyai daya tarik yang amat besar terhadap
pengikut-pengikutnya, seakan-akan dalam diri pemimpin tersebut terdapat suatu
kekuatan yang luar biasa sehingga dalam waktu singkat banyak pengikutnya, dan
pengikutnya tersebut tidak mengerti mengapa mereka terbius untuk mengikutnya.
i.
Tipe pemimpin
yang terbuka, tipe
kepemimpinan ini corak hampir sama dengan tipe kepemimpinan demokratis, namun
perbedaanya terletak dalam pengambilan keputusan, dimana dalam hal ini
keputusan berada ditangan pemimpin.
j.
Tipe pemimpin
konservatif, dalam
kepemimpinan ini diharapkan seorang pemimpin dapat memperjuangkan hal-hal yang
sudah lewat dan dapat pula memperjuangkan hal-hal baru dan perubahan sosial.
k.
Tipe pemimpin
partisan, suatu
corak kepemimpinan yang memihak, selalu pro dan kontra terhadap sesuatu.
Pertimbangan dalam memihak demi kepentingan kelompoknya.
l.
Tipe pemimpin
yang bertahan dan serba terima, suatu tipe kepemimpinan yang mempunyai
kepercayaan penuh terhadap pembantu-pembantu atau penasihat-penasihatnya. Dia
lebih suka menerima yang dianggap baik dari orang kepercayaannya.
m.
Tipe pemimpin
yang serba menimbun, corak
kepemimpinan sejenis ini sifatnya tertutup, kurang menerima hal-hal baru dan
menganggap dirinya selalu yang benar, tidak menginginkan adanya kaderasi takut
“dilangkahi” atau digeser.
n.
Tipe pemimpin
menyerang atau mengisap, corak kepemimpinan jenis berpedoman terhadap perasaannya
bahwa sumber segala kebaikan berada dari luar yaitu dengan merebut dari orang
lain dengan jalan kekerasan bila perlu dengan cara tipu msulihat.
o.
Tipe pemimpin
marketing, suatu
corak kepemimpinan yang selalu berorientasi ke masa depan organisasi yaitu
dengan selalu meningkatkan kemampuan atau dengan kata lain memperlakukan dirinya
sebagai barang dagangan.
p.
Tipe pemimpin
produktif, suatu
tipe pemimpin yang produktif dimana segala kecerdasan, kecakapan, dan
kekuatannya diberikan kepada organisasi yang dipimpinnya hingga menjadi
kenyataan.
Pengertian
Kepuasan kerja karyawan
1.
Kepuasan kerja (job statisfaction) merupakan seperangkat
perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidak menyenangkan pekerjaan mereka.
(Davis, 2002 : 105)
2.
Kepuasan kerja menyatakan
bahwa “kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya”.
(Robbins, 2001 : 179).
3.
Kepuasan kerja adalah
penilaian atau cerminan dari perasaan pekerja terhadap kerjaannya dan akan
tampak dalam sikap positif pekerja atas segala sesuatu yang dihadapi lingkungan
kerjanya dan terhadap pekerjaannya. (
Drs. Toni Setiawan MM , Manajemen Sumber
Daya Manusia : Kinerja, Motivasi, Kepuasan Kerja dan Produktivitas, hal 164
: 2012).
METODE PENELITIAN
Identifikasi variabel
a. Adapun yang
merupakan variabel bebas (X) adalah gaya kepemimpinan dengan sub-sub variabel:
(X1) Tipe pemimpin paternalitas
(X2) Tipe pemimpin otoriter
(X3) Tipe pemimpin partisan
b. Variabel terikat
(dependent) yaitu merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah: Kepuasan kerja karyawan
(Y).
Definisi konseptual variabel
Variabel bebas (X), yaitu: Gaya
kepemimpinan
Sedangkan sub variabel gaya kepemimpinan
dalam penelitian ini terdiri dari:
1.
Tipe
kepemimpinan paternalitas (kebapaan) (X1), suatu tipe pemimpin yang bersifat
seperti bapak yaitu sebagai pendidik, pengasuh, pembimbing, penasihat, tukang
memerintah dan kurang mau menerima pendapat pengikutnya.
2.
Tipe pemimpin
otoriter(X2), suatu bentuk
kepemimpinan yang mempunyai karakteristik negatif dan sangat egois terhadap
para bawahan.
3.
Tipe pemimpin
partisan (X3), suatu corak
kepemimpinan yang memihak, selalu pro dan kontra terhadap sesuatu. Pertimbangan
dalam memihak demi kepentingan kelompoknya.
Variabel terikat
(Y) yaitu: Kepuasan kerja
Definisi
Operasional Variabel
1.
Gaya
kepemimpinan (X)
2.
Tipe
kepemimpinan paternalitas (kebapaan) (X1)
3.
Tipe
pemimpin otoriter (X2)
4.
Tipe
pemimpin partisan (X3)
5.
Kepuasan
kerja (job statisfaction) (Y)
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian, sedangkan sampel adalah wakil populasi yang diteliti. Populasinya
adalah staf dan karyawan pada bagian call center berjumlah 402 orang.
2. Sampel dan
Teknik Penarikan Sampel
Mengingat keterbatasan waktu, tenaga
serta biaya yang besar, maka pengambilan sampel yang dilakukan terhadap
sebagian dari jumlah populasi yang ada, yaitu sebesar 50 karyawan. Adapun
teknik penarikan sampel yang digunakan adalah menggunakan simple random sampling
adalah “Pengambilan sampel secara acak dimana anggota sampelnya mendapatkan kesempatan
yang sama untuk dijadikan sampel”. M. Iqbal (2002:68).
Uji Validitas
dan Reliabilitas Instrumen
1. Uji Validitas
Uji validitas ini diperoleh dengan cara
mengkorelasi setiap skor item dengan total skor item variabel, kemudian hasil
korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf siginifikan 0,05. Suatu
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan tinggi
rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang
dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Di dalam melakukan pengujian validitas
menurut Arikunto (1997:162), menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:
r = Koefisien korelasi
n = Banyaknya sampel
x = Variabel yang mempengaruhi
y = Variabel yang dipengaruhi
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini dilakukan dengan
cara mengkorelasikan antara satu score item dalam setiap variabel, kemudian
dari hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis (critical value)
pada taraf signifikan 0,05. Jika koefisien korelasi lebih besar dari nilai
kritis, maka pengukuran tersebut dikatakan reliabel dan sebaliknya jika nilai
koefisien korelasi lebih kecil dari nilai kritis (critical value), maka
pengukuran tersebut tidak reliabel atau tidak dapat diandalkan.
Dimana:
r = Koefisien
korelasi
n = Banyaknya sampel
x = Variabel yang mempengaruhi
y = Variabel yang dipengaruhi
Teknik Analisis
Data
Setelah
data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap
data agar berarti dan dapat diintepretasikan. Sesuai dengan tujuan penelitian
yaitu untuk mengetahui hubungan dan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat, maka analisis data yang dilakukan bertujuan untuk mengkaji kebenaran
hipotesis bersama penjelasannya.
1. Analisis regresi
berganda
Berdasarkan permasalahan dan hipotesis
yang telah disajikan, maka teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
y = a + b1x1 + b2x2
+ b3x3 + e
Dimana :
Y = Variabel
terikat
a = Konstata
b1....b3
= Koefisien
regresi X1…..X3
X1 = Tipe
pemimpin paternalitas
X2 = Tipe pemimpin
otoriter
X3 = Tipe
pemimpin partisan
Y = kepuasan kerja karyawan
Dari hasil pengolahan data dengan
program SPSS For Windows versi19.0
akan dilakukan analisis secara diskriptif dan pembuktian hipotesis.
2. Uji Hipotesis
(Uji F dan Uji t)
H0 : Adanya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan
kerja karyawan.
Ha : Tidak adanya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
kepuasan kerja karyawan.
a)
Uji serempak (Uji F)
Untuk
menguji kebenaran hipotesis pertama digunakan uji F yaitu untuk menguji
keberartian regresi secara keseluruhan dengan rumus hipotesis sebagai berikut :
H0
: b1 = b2 = b3
= 0
Ha
: bi = minimal satu koefisien ¹ 0
Pengujian
dengan uji F variansnya adalah dengan membandingkan Fhitung (Fh)
dengan Ftabel (Ft)
pada a = 0,05 apabila
hasil perhitungannya menunjukkan :
1)
Fh
≥ Ft, maka
H0 ditolak
dan Ha diterima
Artinya variasi dari model regresi
berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keselururan, sejauh mana
pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas (variabel terikat).
2)
Fh
< Ft, maka H0 diterima
dan Ha
ditolak
Artinya variasi dari model regresi
tidak berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh
mana pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas (variabel terikat).
b)
Uji Parsial (Uji t)
Untuk
menguji kebenaran hipotesis kedua langkah pertama yang dilakukan adalah
menentukan koefisien regresi (bi)
yang paling besar, selanjutnya
dilakukan pengujian secara parsial melalui uji t. adapun rumusan hipotesis
dengan menggunakan uji t adalah sebagai berikut :
H0 : b1
= b2 = b3 = 0
Ha : bi
¹ 0
Pengujian
dilakukan melalui uji t dengan membandingkan dengan t
tabel (tt)
pada a
0,05. Apabila hasil perhitungan
menunjukkan :
1)
th
≥ tt maka H0 ditolak
dan Ha
diterima
Artinya
variasi variabel bebas dapat menerangkan variabel tidak bebas (variabel
terikat) dan terdapat pengaruh diantara kedua variabel yang diuji.
2)
th
< tt
maka H0 diterima
dan Ha ditolak
Artinya
variasi bebas tidak dapat menerangkan variabel tidak bebas (variabel terikat)
dan terdapat pengaruh antara dua variabel ynang diuji.
Untuk
membuktikan hipotesis pertama, yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh secara
keseluruhan dihitung koefisien determinasi multiplenya (R2). Jika
R2 yang diperoleh dari hasil perhitungan mendekati 1 (satu), maka semakin kuat
model tersebut dapat menerangkan variabel tergantungnya. Kemudian dilakukan
pengujian variansnya dengan uji f.
Hipotesi
diterima apabila titik lebih besar dari t tabel
(fh > ft) atau
diperoleh harga p < 0,05. Untuk membuktikan hipotesis kedua, masing-masing koefisien
regresinya diuji dengan uji t. Hasil uji t
bermakna apabila diperoleh thitung
lebih besar dari ttabel (th
> tt) atau diperoleh harga p < 0,05. Untuk pengaruh yang
dominan ditentukan oleh harga p yang terkecil atau R2 parsial yang terbesar.
PEMBAHASAN
Profil PT. Lion
Mentari Airlines
PT Lion Mentari
Airlines, beroperasi (wisata dan
maskapai) sebagai Lion Air
adalah maskapai penerbangan swasta terbesar di Indonesia. Didirikan
pada tannggal 19 Oktober 1999 dengan Pemilik Rusdi Kirana. Berkantor pusat di Jakarta, Indonesia.
Maskapai beroperasi pada tanggal 30 juni 2000, dimana maskapai penerbangan ini
menguasai sebagian besar pangsa pasar domestik. Lion Air terbang ke kota-kota
di Indonesia, Singapura, Vietnam, Malaysia dan Arab Saudi. Basis
utama dari maskapai penerbangan ini adalah Bandar Udara
Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. Maskapai
ini mengoperasikan penerbangan penumpang berjadwal dengan jaringan yang luas
dari Jakarta ke 56 tujuan (per Juli 2010). Mempunyai anak perusahaan wings air,
lion bizjet, batik air, malindo airways. Perusahaan ini memiliki slogan “We Make People Fly”.
Karakteristik
responden
Sebelum mengolah data kuisioner, penulis
terlebih dahulu mengidentifikasi karakteristik dari masing-masing responden
yang terdiri dari : tingkat pendidikan, tingkat usia, tingkat lama bekerja, dan
tingkat jenis kelamin.
1.
Tingkat
pendidikan, Dalam
mengidentifikasi tingkat pendidikan, penulis membagi tingkat pendidikan menjadi
4 tingkat, yaitu : SMA, SMK, Diploma 3 dan Sarjana.
2.
Tingkat usia, Dalam
mengidentifikasi tingkat usia, penulis membagi tingkat usia menjadi 2 kriteria
yaitu, 18 sampai 20 tahun , dan 20 sampai 25 tahun.
3.
Tingkat lama
bekerja, Dalam
mengidentifikasi tingkat lama bekerja, penulis membagi tingkat lama bekerja
menjadi 2 kriteria yaitu, kurang dari 1 tahun dan lebih dari 1 tahun.
4.
Tingkat Jenis
kelamin, Dalam
mengidentifikasi tingkat jenis kelamin, penulis membagi tingkat jenis kelamin
menjadi 2 kriteria yaitu, laki-laki dan perempuan.
Perhitungan
skala likert
Skala likert adalah suatu skala
psikometrik yang umum digunakan dalam kuisioner , dan merupakan skala yang
banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama
Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya.
Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala likert, responden menentukan tingkat
persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari
pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format
berikut ini :
Sangat
Setuju (SS) diberi nilai = 5
Setuju
(S) diberi nilai = 4
Netral
(N) diberi nilai = 3
Tidak
Setuju (TS) diberi nilai = 2
Sangat
Tidak Setuju (STS) diberi nilai = 1
Pada pertanyaan
pertama pada variabel kepemimpinan (X1 :tipe pemimpin paternalitas)
yaitu, “Atasan saya selalu membimbing setiap pekerjaan saya” didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel
1
“Variabel
kepemimpinan (X1)”, pertanyaan no. 1
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
2
|
2
|
13
|
26
|
7
|
50
|
Presentase
|
4%
|
4%
|
26%
|
52%
|
14%
|
100%
|
Nilai
|
2
|
4
|
39
|
104
|
35
|
Sumber :
Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepemimpinan diatas dapat terlihat responden yang menyatakan
sangat tidak setuju sebanyak (4%), tidak setuju sebanyak (4%), netral sebanyak
(26%), setuju sebanyak (52%), dan sangat setuju sebanyak (14%).
Pada
pertanyaan kedua pada variabel kepemimpinan (X1 :tipe pemimpin
paternalitas) yaitu, “Atasan saya menasehati saya apabila ada kesalahan”
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2
“Variabel
kepemimpinan (X1)”, pertanyaan no. 2
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
2
|
4
|
7
|
23
|
14
|
50
|
Presentase
|
4%
|
8%
|
14%
|
46%
|
28%
|
100%
|
Nilai
|
2
|
8
|
21
|
92
|
70
|
Sumber :
Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepemimpinan diatas dapat terlihat responden yang menyatakan
sangat tidak setuju sebanyak (4%), tidak setuju sebanyak (8%), netral sebanyak
(14%), setuju sebanyak (46%), dan sangat setuju sebanyak (28%).
Pada
pertanyaan ketiga pada variabel kepemimpinan (X1 :tipe pemimpin
paternalitas) yaitu, “Atasan saya memberikan pembelajaran yang mendidik dengan
pekerjaan saya” didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel
3
“Variabel
kepemimpinan (X1)”, pertanyaan no. 3
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
3
|
2
|
11
|
30
|
4
|
50
|
Presentase
|
6%
|
4%
|
22%
|
60%
|
8%
|
100%
|
Nilai
|
3
|
4
|
33
|
120
|
20
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepemimpinan diatas dapat terlihat responden yang menyatakan
sangat tidak setuju sebanyak (6%), tidak setuju sebanyak (4%), netral sebanyak
(22%), setuju sebanyak (60%), dan sangat setuju sebanyak (8%).
Pada
pertanyaan keempat pada variabel kepemimpinan (X1 :tipe pemimpin
paternalitas) yaitu, “Atasan saya kurang menerima setiap saran yang saya
berikan” didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4
“Variabel
kepemimpinan (X1)”, pertanyaan no. 4
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
3
|
15
|
21
|
8
|
3
|
50
|
Presentase
|
6%
|
30%
|
42%
|
16%
|
6%
|
100%
|
Nilai
|
3
|
30
|
63
|
32
|
15
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepemimpinan diatas dapat terlihat responden yang menyatakan
sangat tidak setuju sebanyak (6%), tidak setuju sebanyak (30%), netral sebanyak
(42%), setuju sebanyak (16%), dan sangat setuju sebanyak (6%).
Pada
pertanyaan kelima pada variabel kepemimpinan (X1 :tipe pemimpin
paternalitas) yaitu, “Atasan saya kurang menerima setiap saran yang saya
berikan” didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel
5
“Variabel
kepemimpinan (X1)”, pertanyaan no. 5
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
3
|
8
|
16
|
19
|
4
|
50
|
Presentase
|
6%
|
16%
|
32%
|
38%
|
8%
|
100%
|
Nilai
|
3
|
16
|
48
|
76
|
20
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepemimpinan diatas dapat terlihat responden yang menyatakan sangat
tidak setuju sebanyak (6%), tidak setuju sebanyak (16%), netral sebanyak (32%),
setuju sebanyak (38%), dan sangat setuju sebanyak (8%).
Pada
pertanyaan pertama pada variabel kepemimpinan (X2 : Tipe pemimpin
otoriter) yaitu, “Atasan saya memiliki sifat yang sulit menerima pendapat orang
lain” didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel
6
Variabel
kepemimpinan (X2) pertanyaan no. 1
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
1
|
15
|
21
|
10
|
3
|
50
|
Persentase
|
2%
|
30%
|
42%
|
20%
|
6%
|
100%
|
Nilai
|
1
|
30
|
63
|
40
|
15
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepemimpinan (X2 : tipe pemimpin otoriter ) diatas
dapat terlihat responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak (2%),
tidak setuju sebanyak (30%), netral sebanyak (42%), setuju sebanyak (20%), dan
sangat setuju sebanyak (6%).
Pada
pertanyaan kedua pada variabel kepemimpinan (X2 : Tipe pemimpin
otoriter) yaitu, “Atasan saya mempunyai hak dan kekuasaan penuh dalam
pekerjaan” didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel
7
Variabel
kepemimpinan (X2), pertanyaan no. 2
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
2
|
10
|
15
|
18
|
5
|
50
|
Persentase
|
4%
|
20%
|
30%
|
36%
|
10%
|
100%
|
Nilai
|
2
|
20
|
45
|
72
|
25
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepemimpinan (X2 : tipe pemimpin otoriter ) diatas
dapat terlihat responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak (4%),
tidak setuju sebanyak (20%), netral sebanyak (30%), setuju sebanyak (36%), dan
sangat setuju sebanyak (10%).
Pada
pertanyaan ketiga pada variabel kepemimpinan (X2 : Tipe pemimpin
otoriter) yaitu, “Atasan saya sering memutuskan keputusan tanpa musyawarah
dengan karyawan” didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel
8
Variabel
kepemimpinan (X2), pertanyaan no. 3
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
3
|
20
|
16
|
8
|
3
|
50
|
Persentase
|
6%
|
40%
|
32%
|
16%
|
6%
|
100%
|
Nilai
|
3
|
40
|
48
|
32
|
15
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepemimpinan (X2 : tipe pemimpin otoriter ) diatas
dapat terlihat responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak (6%),
tidak setuju sebanyak (40%), netral sebanyak (32%), setuju sebanyak (16%), dan
sangat setuju sebanyak (6%).
Pada
pertanyaan keempat pada variabel kepemimpinan (X2 : Tipe pemimpin
otoriter) yaitu, “Atasan saya tidak pernah mendukung kreatifitas pekerjaan”
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel
9
Variabel
kepemimpinan (X2), pertanyaan no. 4
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
1
|
20
|
21
|
6
|
2
|
50
|
Persentase
|
2%
|
40%
|
42%
|
12%
|
4%
|
100%
|
Nilai
|
1
|
40
|
63
|
24
|
10
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepemimpinan (X2 : tipe pemimpin otoriter ) diatas
dapat terlihat responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak (2%),
tidak setuju sebanyak (40%), netral sebanyak (42%), setuju sebanyak (12%), dan
sangat setuju sebanyak (4%).
Pada
pertanyaan kelima pada variabel kepemimpinan (X2 : Tipe pemimpin
otoriter) yaitu, “Atasan saya lebih mementingkan keputusannya sendiri daripada
karyawan” didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel
10
Variabel
kepemimpinan (X2), pertanyaan no. 5
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
8
|
13
|
15
|
7
|
7
|
50
|
Persentase
|
16%
|
26%
|
30%
|
14%
|
14%
|
100%
|
Nilai
|
8
|
26
|
45
|
28
|
35
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepemimpinan (X2 : tipe pemimpin otoriter ) diatas
dapat terlihat responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak (16%),
tidak setuju sebanyak (26%), netral sebanyak (30%), setuju sebanyak (14%), dan
sangat setuju sebanyak (14%).
Pada
pertanyaan pertama pada variabel kepemimpinan (X3 : Tipe pemimpin
partisan) yaitu, “Atasan saya selalu pro atau kontra terhadap sesuatu
keputusan” didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel
11
Variabel
kepemimpinan (X3), pertanyaan no. 1
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
2
|
4
|
33
|
9
|
2
|
50
|
Persentase
|
4%
|
8%
|
66%
|
18%
|
4%
|
100%
|
Nilai
|
2
|
8
|
99
|
36
|
10
|
Sumber : Data
diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepemimpinan (X3 : tipe pemimpin partisan ) diatas
dapat terlihat responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak (4%),
tidak setuju sebanyak (8%), netral sebanyak (66%), setuju sebanyak (18%), dan
sangat setuju sebanyak (4%).
Pada
pertanyaan kedua pada variabel kepemimpinan (X3 : Tipe pemimpin
partisan) yaitu, “Atasan saya selalu mementingkan kelompok kerja karyawannya”
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel
12
Variabel
kepemimpinan (X3), pertanyaan no. 2
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
0
|
6
|
22
|
21
|
1
|
50
|
Persentase
|
0%
|
12%
|
44%
|
42%
|
2%
|
100%
|
Nilai
|
0
|
12
|
66
|
84
|
6
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepemimpinan (X3 : tipe pemimpin partisan ) diatas
dapat terlihat responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak (0%),
tidak setuju sebanyak (12%), netral sebanyak (44%), setuju sebanyak (42%), dan
sangat setuju sebanyak (2%).
Pada
pertanyaan ketiga pada variabel kepemimpinan (X3 : Tipe pemimpin
partisan) yaitu, “Atasan saya memiliki sifat pemimpin yang memihak” didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 13
Variabel
kepemimpinan (X3), pertanyaan no. 3
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
2
|
15
|
22
|
8
|
3
|
50
|
Persentase
|
4%
|
30%
|
44%
|
16%
|
6%
|
100%
|
Nilai
|
2
|
30
|
66
|
32
|
15
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepemimpinan (X3 : tipe pemimpin partisan ) diatas
dapat terlihat responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak (4%),
tidak setuju sebanyak (30%), netral sebanyak (44%), setuju sebanyak (16%), dan
sangat setuju sebanyak (6%).
Pada
pertanyaan keempat pada variabel kepemimpinan (X3 : Tipe pemimpin
partisan) yaitu, “Atasan saya selalu ada disetiap karyawan memiliki masalah”
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel
14
Variabel
kepemimpinan (X3), pertanyaan no. 4
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
2
|
5
|
17
|
18
|
8
|
50
|
Persentase
|
4%
|
10%
|
34%
|
36%
|
16%
|
100%
|
Nilai
|
2
|
10
|
51
|
72
|
40
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepemimpinan (X3 : tipe pemimpin partisan ) diatas
dapat terlihat responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak (4%),
tidak setuju sebanyak (10%), netral sebanyak (34%), setuju sebanyak (36%), dan
sangat setuju sebanyak (16%).
Pada
pertanyaan kelima pada variabel kepemimpinan (X3 : Tipe pemimpin
partisan) yaitu, “Atasan saya mempercayai setiap karyawan demi kepentingan
bersama” didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel
15
Variabel
kepemimpinan (X3), pertanyaan no. 5
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
2
|
4
|
18
|
19
|
7
|
50
|
Persentase
|
4%
|
8%
|
36%
|
38%
|
14%
|
100%
|
Nilai
|
2
|
8
|
54
|
76
|
35
|
Sumber : Data
diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepemimpinan (X3 : tipe pemimpin partisan ) diatas
dapat terlihat responden yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak (4%), tidak
setuju sebanyak (8%), netral sebanyak (36%), setuju sebanyak (38%), dan sangat
setuju sebanyak (14%).
Pada
pertanyaan pertama pada variabel kepuasan kerja (Y) yaitu, “Pekerjaan saya
cukup menarik sehingga saya tidak bosan” didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel
16
Variabel
kepuasan kerja (Y), pertanyaan no. 1
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
0
|
5
|
14
|
21
|
10
|
50
|
Persentase
|
0%
|
10%
|
28%
|
42%
|
20%
|
100%
|
Nilai
|
0
|
10
|
42
|
84
|
50
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepuasan kerja (Y) diatas dapat terlihat responden yang
menyatakan sangat tidak setuju sebanyak (0%), tidak setuju sebanyak (10%),
netral sebanyak (28%), setuju sebanyak (42%), dan sangat setuju sebanyak (20%).
Pada
pertanyaan kedua pada variabel kepuasan kerja (Y) yaitu, “Dibandingkan saya,
teman-teman kantor tampak antusias terhadap kerjaan mereka” didapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel
17
Variabel
kepuasan kerja (Y), pertanyaan no. 2
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
2
|
15
|
25
|
6
|
2
|
50
|
Persentase
|
4%
|
30%
|
50%
|
12%
|
4%
|
100%
|
Nilai
|
2
|
30
|
75
|
24
|
10
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepuasan kerja (Y) diatas dapat terlihat responden yang
menyatakan sangat tidak setuju sebanyak (4%), tidak setuju sebanyak (30%),
netral sebanyak (50%), setuju sebanyak (12%), dan sangat setuju sebanyak (4%).
Pada
pertanyaan ketiga pada variabel kepuasan kerja (Y) yaitu, “Saya pikir pekerjaan
saya kurang nyaman” didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel
18
Variabel
kepuasan kerja (Y), pertanyaan no. 3
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
2
|
18
|
22
|
6
|
2
|
50
|
Persentase
|
4%
|
36%
|
44%
|
12%
|
4%
|
100%
|
Nilai
|
2
|
36
|
66
|
24
|
10
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepuasan kerja (Y) diatas dapat terlihat responden yang
menyatakan sangat tidak setuju sebanyak (4%), tidak setuju sebanyak (36%),
netral sebanyak (44%), setuju sebanyak (12%), dan sangat setuju sebanyak (4%).
Pada
pertanyaan keempat pada variabel kepuasan kerja (Y) yaitu, “Saya sering bosan
terhadap pekerjaan saya” didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel
19
Variabel
kepuasan kerja (Y), pertanyaan no. 4
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
5
|
15
|
18
|
10
|
2
|
50
|
Persentase
|
10%
|
30%
|
36%
|
20%
|
4%
|
100%
|
Nilai
|
5
|
30
|
54
|
40
|
10
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepuasan kerja (Y) diatas dapat terlihat responden yang menyatakan
sangat tidak setuju sebanyak (10%), tidak setuju sebanyak (30%), netral
sebanyak (36%), setuju sebanyak (20%), dan sangat setuju sebanyak (4%).
Pada
pertanyaan kelima pada variabel kepuasan kerja (Y) yaitu, “Sering kali, saya
harus memaksakan diri untuk mau bekerja” didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel
20
Variabel
kepuasan kerja (Y), pertanyaan no. 5
Penilaian
|
STS
|
TS
|
N
|
S
|
SS
|
Jumlah
|
Bobot
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Frekuensi
|
9
|
14
|
15
|
9
|
3
|
50
|
Persentase
|
18%
|
28%
|
30%
|
18%
|
6%
|
100%
|
Nilai
|
9
|
28
|
45
|
36
|
15
|
Sumber
: Data diperoleh dari kuisioner
Pada
tabel variabel kepuasan kerja (Y) diatas dapat terlihat responden yang
menyatakan sangat tidak setuju sebanyak (18%), tidak setuju sebanyak (28%),
netral sebanyak (30%), setuju sebanyak (18%), dan sangat setuju sebanyak (6%).
Hasil dan Pembahasan
Uji Validitas
Validitas
adalah tingkat keandalah dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrumen
dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk
mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya di ukur (Sugiyono, 2004:137).
Suatu kuesioner dikatakan valid jika item-item pada kuisioner mampu
untuk mengungkapkan yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dengan program
SPSS, maka hasil valid ditentukan dengan membandingkan nilai r dengan kolom Corrected Item Total
Correlation. Corrected Item Total Correlation > r tabel maka item-item
pernyataan dianggap valid.
Dalam penelitian ini, jumlah sampel (n)
adalah 50, maka besarnya df = n– 2 atau 50-2 =
48 dan alpha = 0,05 sehingga diketahui r tabel = 0,2787 (dengan melihat
r tabel dengan uji dua sisi). Jika nilai r hitung (Corrected Item Total Correlation) > r tabel dan bernilai
positif, maka butir pernyataan atau indikator tersebut dinyatakan valid.
Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas merupakan alat yang
digunakan untuk mengetahui ketepatan jawaban kuesioner pada periode yang
berbeda. Menurut Sugiyono (2008) instrumen yang reliabel adalah instrumen yang
bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan
data yang sama. Pengujian statistik ini dengan menggunakan teknik statistik Cronbach’s Alpha . jika nilai Cronbach’s Alpha (α) > 0,60 maka variabel tersebut dikatakan
reliabel.
Analisis
Regresi Linier Berganda
Analisis regresi
berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel tipe pemimpin paternalitas (X1), tipe pemimpin otoriter (X2), dan tipe pemimpin partisan (X3) terhadap
variabel kepuasan kerja karyawan (Y).
Hasil perhitungan regresi berganda
variabel paternalitas (X1), otoriter
(X2) dan partisan (X3) terhadap variabel kepuasan kerja karyawan (Y) didapat hasil sebagai
berikut :
Tabel
21
Analisis
Regresi Linier Berganda
Sumber : Hasil
Pengolahan SPSS 19
Rangkuman Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Y = 2,493 – 0,191 X1 + 0,181 X2 + 0,161 X3
|
Hasil
dari analisis tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
a. Konstanta sebesar 2,493 menunjukan bahwa apabila Tipe pemimpin paternalitas (X1), Tipe pemimpin Otoriter (X2), Tipe pemimpin Partisan (X3) dianggap tetap maka diperkirakan Kepuasan kerja Karyawan (Y) akan naik
sebesar 2,493.
b. Koefisien regresi Tipe pemimpin Paternalitas (X1), sebesar -0,191 artinya, pemimpin
paternalitas meningkat satu
satuan maka Kepuasan kerja Karyawan (Y) akan mengalami kenaikan sebesar -0,191 dengan asumsi variabel lain
bernilai tetap.
c. Koefisien regresi Tipe pemimpin Otoriter (X2), sebesar 0,181 artinya, pemimpin otoriter meningkat satu satuan maka Kepuasan kerja karyawan (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,181 dengan asumsi
variabel lain bernilai tetap.
d. Koefisien regresi Tipe pemimpin Partisan (X3), sebesar 0,161 artinya, pemimpin
partisan meningkat satu satuan maka Kepuasan kerja
karyawan (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,161 dengan asumsi
variabel lain bernilai tetap.
|
Berdasarkan
kesimpulan diatas tipe pemimpin paternalitas
mempunyai hubungan yang negative dengan kepuasan kerja karyawan. Sedangkan, tipe pemimpin otoriter, tipe partisan
mempunyai hubungan yang positif dengan kepuasan kerja karyawan.
Hubungan positif ini menunjukkan bahwa tipe
pemimpin otoriter,
tipe pemimpin partisan. Hubungan negative menunjukkan bahwa tipe pemimpin paternalitas berubah berlawanan arah dengan perubahan kepuasan kerja karyawan.
Analisis
Korelasi Ganda (R)
Tabel
22
Pedoman
Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval
Koefisien
|
Tingkat
Hubungan
|
0,00
– 0,199
0,20
– 0,399
0,40
– 0,599
0,60
– 0,799
0,80
– 1,00
|
Sangat
Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat
Kuat
|
Sumber
: Sugiyono (2008,250), Metode Penelitian Bisnis, Bandung
Dari
hasil analisis regresi, pada output model
summaryb adalah sebagai berikut :
Tabel
23
Hasil
Analisis Korelasi Ganda
Sumber : Hasil
Pengolahan SPSS 19
Berdasarkan Tabel
4.4.4 di atas diperoleh hasil R sebesar 0,342.
Hal ini menunjukan bahwa terjadi hubungan yang rendah
antara Tipe pemimpin paternalitas, Otoriter dan partisan terhadap Kepuasan kerja karyawan.
Uji Determinan
(R2)
Koefisien Determinansi (R2)
pada intinya untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel bebas
yaitu variabel tipe pemimpin paternalitas (X1), tipe pemimpin otoriter (X2), tipe pemimpin partisan ( X3)
terhadap Kepuasan kerja karyawan (Y) secara bersama-sama, dimana :
0≤ R2 ≤ 1
Jika R2 semakin mendekati 1,
maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1,X2,X3)
terhadap Kepuasan kerja karyawan (Y) adalah besar. Hal ini
berarti pertanyaan yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh
variabel bebas (X1,X2,X3) terhadap Kepuasan kerja karyawan (Y).
Sebaliknya jika R2 semakin
mendekati 0, maka dapat dikatakan bahwa pegaruh variabel bebas (X1,X2,X3)
terhadap Kepuasan kerja karyawan (Y) semakin kecil, hal ini
berarti pertanyaan yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh
variabel bebas (X1,X2,X3) terhadap Kepuasan kerja karyawan (Y).
Tabel 24
Hasil
Uji Determinan
Sumber
: Hasil Pengolahan SPSS 19
Dari tabel di atas
dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R
Square adalah 0,059 Adjusted R Square disebut juga dengan koefisien
determinasi sehingga dalam hal ini berarti 59% menunjukan bahwa persentase sumbangan
pengaruh variabel independen (tipe pemimpin
paternalitas, otoriter, dan partisan terhadap variabel dependen (Kepuasan kerja karyawan) sebesar 59%. Sedangkan sisanya sebesar 41% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Uji Asumsi
Klasik
a)
Uji
Multikolinear
Gejala multikolinearitas dapat dilihat
dari besarnya nilai Tolerance dan
VIF. Tolerance mengukur variabilitas
variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai
umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolerance
> 1 atau nilai VIF > 10, maka terjadi gejala multikolinearitas.
Sebaliknya jika nilai Tolerance <
1 atau nilai VIF < 10, maka tidak terjadi gejala multikolinearitas.
Tabel
25
Hasil
Uji Multikolinearitas
Variabel
|
Collinearity
Statistics
|
Keterangan
|
|
Tolerance
|
VIF
|
||
Tipe pemimpin
paternalitas
|
.596
|
1.679
|
Tidak
Multikolinear
|
Tipe pemimpin
otoriter
|
.944
|
1.059
|
Tidak
Multikolinear
|
Tipe pemimpin
partisan
|
.571
|
1.752
|
Tidak
Multikolinear
|
Sumber : Hasil
Pengolahan SPSS 19
Tabel menunjukan hasil analisis uji
multikolinearitas. Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa VIF < 10, maka
tidak terjadi gejala multikolinearitas dan Tolerance
< 1 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas. Jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel bebas dalam model regresi
tersebut.
b) Uji
Autokorelasi
Untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi, melalui tabel Durbin-Watson
yang dapat dilakukan dengan program SPSS, dimana secara umum dapat diambil
patokan yaitu :
-
Jika
angka DW < 2,2 berarti tidak terjadi autokorelasi.
-
Jika
angka DW > 2,2, berarti terjadi autokorelasi.
Untuk
hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel
26
Hasil
Uji Autokorelasi
Sumber : Hasil
Pengolahan SPSS 19
Dari
Tabel di atas menunjukan nilai DW sebesar 2.338.
Karena nilai tersebut berada di atas 2,2 maka
menunjukkan adanya gejala autokorelasi pada model regresi ini.
Uji Hipotesis
a)
Uji
Simultan (Uji F)
Untuk mengetahui apakah variable independent yang terdiri dari Tipe pemimpin paternalitas (X1), Otoriter (X2) dan Partisan (X3) secara
bersama-sama berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap Kepuasan kerja karyawan (Y), maka harus diuji
signifikansinya dengan menggunakan Uji F dengan tingkat signifikansi 0,05.
Tabel
27
Hasil
Uji F
Sumber : Hasil
Pengolahan SPSS 19
Hipotesis
:
H0 : Adanya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan
kerja karyawan.
Ha : Tidak adanya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
kepuasan kerja karyawan.
Dari hasil uji Anova diatas angka sig
sebesar 0,123, pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan
melihat probabilitasnya dimana nilai sig 0.000 < 0.05 sehingga H0
ditolak dan Ha diterima. Artinya Variabel Pengaruh tipe pemimpin paternalitas
(X1),
otoriter (X2) dan partisan (X3) secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen Kepuasan kerja karyawan.
b)
Uji
Parsial (Uji t)
Untuk mengetahui apakah tipe kepemimpinan berupa paternalitas (X1), otoriter (X2) dan partisan (X3) secara
parsial berpengaruh signifikan atau tidak terhadap kepuasan kerja karyawan
(Y), maka harus diuji signifikansinya dengan menggunakan uji t dengan tingkat
signifikansi 0,05.
Tabel
28
Hasil
Uji t
Sumber : Hasil
Pengolahan SPSS 19
Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui hasil uji signifikan
secara parsial koefisien regresi variabel tipe pemimpin paternalitas, otoriter
dan partisan tidak berpengaruh terhadap kinerja
karyawan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat per variabel sebagai berikut :
Ketentuan Uji T dilihat probabilitas Sig
dimana jika probabilitasnya lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak
sedangkan jika probabilitasnya lebih
besar dari 0.05 maka H0 diterima.
Uji
Hipotesis pengaruh tipe kepemimpinan paternalitas terhadap kepuasan kerja karyawan
Dari hasil perhitungan Tabel 4.9.2
kinerja karyawan dapat dilakukan dengan melihat probabilitasnya dimana nilai -1.449 <
0.05 sehingga H0 ditolak maka pengaruh tipe pemimpin paternalitas
secara
statistik berpengaruh secara parsial
terhadap kepuasan kerja karyawan.
Uji
Hipotesis Pengaruh tipe kepemimpinan otoriter terhadap kepuasan kerja
karyawan
Dari hasil
perhitungan Tabel 4.9.2 kinerja karyawan dapat dilakukan dengan melihat
probabilitasnya dimana nilai 1,785 > 0.05
sehingga H0 diterima maka pengaruh tipe kepemimpinan otoriter secara statistik
tidak berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan kerja karyawan
Uji
Hipotesis Pengaruh tipe kepemimpinan partisan Terhadap Kepuasan kerja karyawan
Dari hasil
perhitungan Tabel 4.9.2 kinerja karyawan dapat dilakukan dengan melihat
probabilitasnya dimana nilai 0,868 > 0.05 sehingga H0 diterima
maka pengaruh tipe kepemimpinan partisan
secara
statistik tidak berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan kerja karyawan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasannya mengenai pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan PT, Lion
Mentari Airlines, maka dalam bab ini peneliti akan mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Analisis
pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan PT. Lion Mentari Airlines
a) Berdasarkan hasil persamaan regresi
menunjukkan bahwa prediksi pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja
karyawan bersifat positif. Artinya kepemimpinan berpengaruh baik terhadap
kepuasan kerja karyawan PT. Lion Mentari Airlines.
b) Berdasarkan kriteria interpretasi
koefisien determinasi menunjukkan, bahwa terdapat pengaruh gaya kepemimpinan
terhadap kepuasan kerja karyawan, akan tetapi terdapat pengaruh yang kecil.
Sedangkan faktor lain yang tidak terdefinisi, cukup besar mempengaruhi variabel
kepuasan kerja karyawan PT. Lion Mentari Airlines.
c) Berdasarkan hasil penelitian secara
serempak, ada pengaruh yang signifikan antara variabel tipe kepemimpinan berupa
( paternalitas, otoriter dan partisan ) terhadap kepuasan kerja karyawan PT.
Lion Mentari Airlines.
d) Berdasarkan hasil penelitian secara parsial,
ketiga variabel tipe kepemimpinan berupa (paternalitas, otoriter, dan partisan)
tipe pemimpin paternalitas berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja
karyawan, sedangkan tipe pemimpin otoriter dan partisan tidak berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan PT. Lion Mentari Airlines.
e) Berdasarkan hasil penelitian, dari ketiga variabel independen yang diuji secara
individual, tipe
kepemimpinan yang paling dominan dalam mempengaruhi kepuasan kerja karyawan adalah tipe pemimpin Otoriter (X2)
dengan koefisien 0,181, tipe pemimpin Partisan (X3) dengan koefisien
0,161, dan tipe paternalitas (X1) dengan koefisien -0,191. Variabel
tipe pemimpin otoriter dan partisan berpengaruh positif, sedangkan tipe pemimpin
paternalitas berpengaruh negatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Handoko,
T,H. 2000. Manajemen Peronalia dan Sumber
Daya Manusia. Edisi 2.
(Jurnal
: Dr. T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia edisi 2,
Yogyakarta, halaman 193)
Kolonel
KAL Susilo Martoyo S.E. 2000. Manajemen
dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2.
(Jurnal : Kolonel
KAL. Susilo Martoyo S.E., Manajemen dan Sumber Daya Manusia edisi 2, halaman
115)
Prof.
Dr. Sondang P Siagian, M.P.A . 2010. Teori
dan Praktek Kepemimpinan.
(Jurnal : Prof.
Dr. Sondang P Siagian, M.P.A., Teori dan Praktek Kepemimpinan, halaman 31)
Drs.
Toni Setiawan MM . 2012. Manajemen Sumber
Daya Manusia : Kinerja, Motivasi, Kepuasan Kerja dan Produktivitas.
(Jurnal
: Drs. Toni Setiawan MM, Manajemen Sumber Daya Manusia
: Kinerja, Motivasi, Kepuasan Kerja dan Produktivitas, halaman 164)
C
Trihendradi. 2011. Analisis mudah
melakukan analisis statistik menggunakan spss 19.
(Jurnal : C
Trihendradi, Analisis mudah melakukan analisis statistik menggunakan spss 19,
Yogyakarta)
EmoticonEmoticon